02. Moodyan

75.3K 7K 729
                                    

Waktu terus berjalan, menjadi saksi pertumbuhan gadis yang amat dijaga oleh orang-orang tersayangnya.

Tak terasa. Naura yang dulunya hanya anak kecil yang suka mengadu, kini ia sudah tumbuh dewasa dengan baik.

Gadis yang kini tengah mempersiapkan minggu-minggu terakhirnya sebelum melaksanakan PAS tertidur pulas dengan kepala yang menindihi buku-bukunya yang terbuka.

"Nau..." panggil seseorang dari depan kamar Naura.

"Naura,"

"Kamu di dalam 'kan?"

"Bukain, Nau. Saya bawain martabak manis kesukaan kamu."

Berhubung Naura tak kunjung merespon, maka Barra memilih untuk langsung masuk kedalam.

"Pantesan," Barra meletakkan martabak diatas nakas. Ia menggendong Naura dan memindahkannya ke atas kasur lantas merapikan buku-buku pelajaran Naura.

"Kamu pasti capek."

"Mmh." Naura bergumam kala merasakan sebuah tangan mengusap Surai miliknya.

"Om Barra? Kenapa Om?"

Gadis tersebut lantas mendudukkan dirinya dibantu oleh Barra.

"Saya bawain martabak manis buat kamu."

Mata Naura seketika cerah mendengar kata martabak manis dari mulut Barra. Ia langsung saja buru-buru bangun saat melihat benda yang dimaksud sudah ada di atas meja riasnya.

"Makasih, Om." Gadis tersebut langsung mencomot martabak pemberian Barra.

"Sama-sama."

"Om mau?"

"Enggak, makan aja biar kamu semangat belajarnya." Barra mengecup dahi Gadis itu.

Naura hanya mengangguk menikmati martabaknya. Ia memang suka makan, apalagi makanan berlemak.

Sempat gadis itu mengeluh akibat berat badannya yang bertambah 3kg sewaktu SMP dulu disaat hari kelulusannya karena terlalu banyak makan makanan berlemak.

Namun setelah itu Barra rutin mengajaknya berolahraga hingga berat badannya kembali normal.

"Oh iya, Om," Naura memasukkan sedikit demi sedikit martabak manis ke dalam mulutnya.

"Iya?"

"Umur Om berapa?"

"10 tahun lebih tua dari kamu." Barra tersenyum kearah Naura.

"Umurku 18 tahun berarti,"

"Saya 28 tahun." Lanjut Barra.

"Kenapa Om masih jomblo? Om nggak mau nikah?" Tanya Naura polos.

Barra bingung bagaimana menanggapi pertanyaan gadis ini, pasalnya mereka berdua sudah menikah bahkan sebelum Naura mengerti apa itu cinta.

"Kenapa diam, Om?" Barra tersadar dari lamunannya.

"Nggak apa-apa."

"Jadi?"

"Saya udah punya seseorang," timpal Barra membuat Naura terkejut.

"Hah beneran, Om?" Barra mengangguk.

"Siapa?"

"Nanti juga kamu tau sendiri, tunggu sampe kamu lulus."

Naura mempoutkan bibirnya. "yah. kok gitu, sih?"

"Kalau kamu mau tau, belajar yang giat."

"Siap!"

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang