"kamu mau pergi sekarang banget?"
"Iya, pa. kapan lagi aku bisa dapet kesempatan ini?"
"yaudah kalau memang kamu mantep, papa iyain aja."
Sayup-sayup terdengar suara pembicaraan dua orang yang membuat seorang gadis terbangun dari tidurnya, ia menatap jam di ponselnya.
"Sepuluh menit lagi, deh," ucapnya kala melihat jam di ponsel yang masih menunjukkan pukul 05:30.
"pulangnya gimana?"
"pertama kerja cuma sehari doang, pa. kalo udah tetap baru pulangnya seminggu sekali kira-kira. Dan kalau sampe kerja Barra bagus, nanti bisa sampai sebulan sekali."
Baru saja Naura menutup matanya, suara bising kembali terdengar membuatnya Mau tidak mau harus bangun. Gadis tersebut menuruni tangga dengan mata yang agak tertutup, mendapati Barra yang sudah rapi entah mau kemana.
"Om Barra mau kemana?"
Barra tidak menjawab. "kerja, sayang. Doain Om kamu biar jadi pekerja tetap," Ujar ayah Barra diangguki Ura.
"Mau berangkat sekarang, Om?"
Barra tertegun kala mendapati tangannya yang dicium oleh Naura disaat ia iseng memberikan tangan simetrisnya.
Nugraha hanya bisa menahan tawa karena mungkin Gadis tersebut masih perlu mengumpulkan nyawanya, pasti dia tidak menyadari perbuatannya.
"Yaudah. aku berangkat dulu, ya, pa."
"Hati-hati," Pinta Nugraha diangguki Barra.
Ia benar-benar pergi, meninggalkan Naura yang kini kembali tertidur di sofa depan TV. Membuat gelagak tawa pecah dari mulut sepasang suami istri yang tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
___
"Hai, Ur!" Sapa Raini ketika memasuki kelas.
"Oh, hai!"
"Enggak marah lagi?"
"Marah?"
"Iya, kaya kemaren."
"Enggak kok."
"Oh iya, kamu ntar dijemput siapa?"
"Ojol," Ucap Naura diangguki Raini.
Bel masuk mengakhiri percakapan garing mereka berdua, kini saatnya Naura fokus pada pelajaran karena empat hari lagi ia akan menjalani Ujian.
Tak ada yang istimewa, hanya belajar layaknya anak sekolahan pada umumnya. Mungkin anggotanya yang membuat perbedaan dari kelas lainnya.
Naura anak desainer, teman-teman sekelasnya kebanyakan perempuan meskipun masih ada laki-laki namun hanya beberapa.
Sebenarnya gadis tersebut mengambil dua jurusan ketika mendaftar di SMA dulu, yaitu IPS dan desainer. Berhubung kuota penerimaan habis, maka ia lebih memilih untuk mengambil jurusan desainer saja. Toh dia juga pandai dalam hal menggambar.
'tringggg'
Bel istirahat berbunyi, semua penghuni kelas telah berhamburan kesana kemari. Berbeda dengan Naura yang sedari tadi memegangi perutnya yang terasa kram.
"Kantin, Nau?" Raini menghampiri tempat duduk Naura.
"Duluan, Rain. nyeri nih."
"Lagi dapet?" Tanya Raini diangguki Ura.
"Mau diambilin minyak kayu putih, nggak?"
Naura dengan cepat menggelengkan kepalanya, ia tak mau merepotkan seseorang. Kedua kakinya masih normal, ia bisa mengambil minyak kayu putih sendiri jika memang membutuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Barra [TERBIT]
Novela Juvenil[TERSEDIA DI SHOPEE] 17+ CERITA INI MURNI KARYA SAYA SENDIRI❗ PLAGIAT HARAP MENJAUH❗ "jadi selama ini kalian bohong sama Naura?" "Kenapa, Om? Kenapa Om Barra tega? Naura masih sekolah!" "Saya melakukan semua ini juga ada alasannya, Naura! Saya harus...