41. Cemburu?

21.2K 2.1K 108
                                    

-Vote dulu sebelum baca!
.

.

.

24°C, suhu yang cukup dingin bagi seorang Naura yang notabenya tidak suka dengan hawa dingin. Hari ini ia bangun lebih awal, tepatnya satu jam sebelum adzan subuh berkumandang. Ah ralat, sepertinya memang tidak ada adzan subuh karena saat ini ia memang sedang ada di puncak.

Hari kedua ia dan Barra berlibur di sebuah villa, membuatnya merasa bahagia seketika. Setidaknya ia bisa berdua dengan suaminya lebih lama dari biasanya. Naura berdiri di sudut ruangan, dimana terdapat penghangat yang sengaja ia pasang untuk menailkan suhu ruangan. Dengan sebuah roti selai di tangannya, sesekali ia mengunyah.

"Hoaamm." Naura menoleh ketika mendengar suara uapan dari seseorang. Barra, pria tersebut menghampiri Naura dengan kedua sudut bibir yang terangkat sempurna.

"Kenapa?" Tanya Naura bingung dengan sikap Barra.

Pria tersebut menoleh, lantas memeluk tubuh kecil Naura. "Makasih istriku," ucapnya kegirangan.

"Kenapa sih?" Kedua tangan Naura bergerak melepaskan pelukan Barra, menatap aneh wajah yang sedang ada di hadapannya.

"Kamu lupa?" Ucap Barra menaikkan sebelah alisnya.

"Gak jelas!" Barra terkikih, memperhatikan ekspresi Naura. Wanita tersebut nampaknya salah tingkah dengan apa yang baru saja ia katakan.

"Kamu beneran lupa atau cuma pura-pura lupa? Hm?" Bisik Barra tepat di samping telinga Naura membuat perempuan tersebut bergidik ngeri.

"Apaan sih? Jangan dibahas lagi dong!" Kesal, geram, canggung. Tentu saja! Bagaimana bisa Barra membahas hal memalukan yang seharusnya tidak perlu dibahas.

"Loh, kenapa? Aku kira kamu suka?"

"Om Barra!" Teriak Naura histeris kemudian berlari menuju kamarnya.

"Kok Om!" Teriak Barra gemas dari bawah. Sepertinya hari ini adalah hari yang sangat menggembirakan bagi Barra. Ya, meskipun mungkin ia akan dijauhi sejenak oleh istri mungilnya.

Naura sedang merajuk kepadanya. Pasalnya, kemarin malam setelah mengadakan pesta BBQ bersama dengan semua rekan kerjanya, ia dengan lancang mencium setiap inchi dari wajah istrinya itu didepan banyak orang sehingga membuat Naura murka lantas meninggalkannya bersama para rekan kerja di tepi danau.

Bukan disengaja. Sebenarnya saat itu Barra sedang terpengaruh oleh minuman alkohol hingga membuatnya tidak menyadari apa yang telah ia perbuat. Jika kalian menuduh Barra minum, maka kalian salah! Sebenarnya ia berniat mengambil air dingin di kulkas, namun ternyata yang ia ambil justru minuman milik salah satu rekan kerjanya yang tidak sengaja mengambil air putih miliknya. Tepat saat itu juga ia sedang tersedak oleh daging Wagyu yang baru matang dimasak oleh Naura. Dengan sekali tegukan, minuman tersebut pun ludas ditelan habis-habisan oleh Barra sehingga membuatnya sedikit mabuk.

"Naura? Bukain dong!" Serunya didepan pintu kamar Villa mereka.

"Ur? Sebentar lagi saya ada urusan. Kamu enggak mau ikut?" Bujuknya berhasil membuat Naura keluar dari tempat persembunyiannya.

"Ayo!" Ucapnya singkat berlalu meninggalkan Barra dengan bibir yang mengatup lucu.

"Kamu marah?" Barra terkekeh pelan kemudian menyusul langkah istrinya.

"Gak."

"Beneran?"

"Hmm."

"Kalau enggak marah, berarti ngambek?"

"Enggak, kata siapa?"

Sudah tidak tahan dengan sikap menggemaskan Naura, Barra pun mendekap dan menciumi kedua pipi chubby milik Naura.

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang