10. apa kabar?

35.6K 4K 207
                                    

-Vote dulu sebelum baca!

___

"KAMU BERANI MEMBENTAK SAYA? KAMU AKAN SAYA SKORS!"

"Tunggu!" Henti seseorang memasuki ruangan kepsek, membuat semua orang yang ada didalamnya menoleh kearah sumber suara.

Terlihat seorang gadis dengan ponsel yang dibawanya tengah mengambil nafas ngos-ngosan akibat berlari untuk bisa sampai ruangan tersebut.

"Raini? Masuk, nak." Bu Nurul yang pada dasarnya berpihak kepada muridnya hanya bisa mempersilahkan berharap Raini membawa sesuatu untuk membela Naura.

"Lancang banget Lo!" Pekik Mawar.

"Biarin!" Tak mau memperpanjang masalah, Raini pun segera masuk dan duduk disamping Bu Nurul.

"Baik, ada apa kamu datang kemari?" Tanya kepala sekolah kepada Raini yang sibuk dengan ponselnya.

"Pak, teman saya jujur."

Naura yang merasa dibela mengembangkan senyum seketika karena ia yakin, temannya bisa diandalkan.

"Bukan Naura yang mulai duluan, pak. Tapi anak bapak yang ingin berbuat kurang ajar kepada teman saya. Kalau bapak tidak percaya, saya ada buktinya." Gadis tersebut berdiri dari duduknya seraya menyerahkan ponsel kepada kepala sekolah.

"Apa ini? Lo rekam gue?" Kini Doni mulai kepanikan.

"Iya! Emang kenapa?" Seutas senyum berhasil membuat Doni dan teman-temannya geram.

Ekspresi pak kepsek berubah seketika, mungkin ia merasa bersalah karena telah membentak bahkan mengancam gadis tidak bersalah yang ada dihadapannya. Setelah melihat Vidio pemberian Raini, beliau mengembalikan ponsel kepada sang pemilik.

"Jadi bagaimana, pak? Bapak masih mau memberikan skors kepada putri saya? Apa saya perlu melaporkan pelecehan ini ke pihak berwajib?"

"Atau pihak sekolah sendiri yang akan memberikan hukuman kepada siswa yang bersangkutan?"

Nugraha mulai geram kepada orang-orang yang tidak memiliki fikiran lebih panjang mengenai hal-hal yang terjadi disekitarnya. Sebaliknya, kepala sekolah yang semula bersikeras kini menunduk malu menahan agar harga dirinya tidak jatuh.

"Tunggu, pak. kita bisa menyelesaikan semua ini dengan cara kekeluargaan," Tatih Bu Nurul, wali kelas Naura.

"Saya selaku kepala sekolah dan orang tua dari Doni, dengan sepenuh hati meminta maaf kepada Naura beserta bapak dan ibu." Skak Mat, pria paruh baya tersebut kehabisan kata-kata.

Mungkin kepala sekolah itu kini dibaluti dengan rasa malu yang amat sangat atas perbuatan yang telah dilakukan anak murid sekaligus anak kandungnya.

"Saya akan memaafkan dengan satu catatan, bapak harus bertindak adil kepada anak bapak. Bapak selaku kepala sekolah harus memberikan hukuman yang setimpal atas pelecehan yang telah dilakukan oleh putra bapak."

"Kalian tenang saja, saya akan berbuat adil seadil adilnya. Saya akan memberikan hukuman kepada Doni selaku murid didik saya," ujar pak kepala sekolah penuh penyesalan. Bagaimana tidak, ia merasa malu seakan ingin menelusupkan wajahnya ke dalam tong sampah depan gerbang sekolah.

"Memang sudah seharusnya," timpal Nugraha menganggukkan kepala setuju.

"Ya sudah kalian semua kembali ke kelas masing-masing untuk melaksanakan ujian susulan." Pasalnya mereka menghabiskan waktu cukup lama hingga melewatkan ujian yang seharusnya dilakukan. namun karena kemurahan hati wali kelas Naura, akhirnya mereka bisa melaksanakan ujian.

___

"Uhuk uhuk." Sudah tiga hari setelah Naura melaksanakan ujian.

Yah, gadis tersebut sukses menyelesaikan ujiannya tiga hari yang lalu. Kini tinggal menunggu hasil dari perjuangannya saja.

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang