49. kabar buruk

11.3K 1.5K 184
                                    

Alhamdulillah bisa update cepet demi kalian!😄

Seperti biasa, sebelum baca jangan lupa tekan bintangnya🤗

Jujur agak aneh kalau pakek emoji😩

But, it's okay!

Wajib komen banyak-banyak!

•••Happy reading •••

Naura menekan ikon hijau pada layar ponselnya, menerima panggilan dari orang yang sudah lama tidak berkontek dengannya.

"Halo?" Ucapnya membuka pembicaraan.

"Halo, Naura? Assalamualaikum," salam sosok tersebut terdengar gelisah.

"Waalaikumsalam. Ada apa, kak?" Jujur, saat ini Naura sudah berkeringat dingin mendengar suara panik sosok yang tak lain adalah Koko.

"Barra, Nau!"

"Mas Barra kenapa?" Masih berusaha tenang, Naura berpegangan pada meja makan.

"Barra," lagi-lagi Koko menggantungkan ucapan. Hal tersebut membuat Naura geram sekaligus kepanikan.

"Mas Barra kenapa!" Sentaknya sudah mulai gemetaran di tempat.

"Tadi pagi, Barra kecelakaan waktu berangkat kerja."

Astaghfirullah!!

Astaghfirullah!!

Astaghfirullah!!

Sebut Naura tiga kali di dalam hati. Emosinya tidak terkontrol, air matanya tak sanggup lagi ia tahan, dan kini wanita itu ambruk ke lantai. Tidak menghiraukan perutnya yang nyeri, Naura menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

"A-apa?" Naura masih berusaha mencerna kenyataan pahit yang rasanya masih belum bisa ia percaya. Apa apaan ini semua? Kemarin ia dan Barra masih sempat mengobrol, dan sekarang?

"Om Nugraha ada di rumah? Kalau ada cepet kasih telponnya, gue mau ngomong."

"Nau?"

"Naura? Lo disana, kan?"

"Hiks-hiks! K-kakak pas-ti bohong k-kan?" Ucapnya tertatah-tatah. Ia tidak bisa mempercayai ini semua, tidak bisa!

Menyadari kepergian Naura yang sudah begitu lama, Nuraini berinisiatif untuk menyusul anaknya. Namun setelah sampai di dapur, ia malah dikejutkan oleh sang putri yang sedang tersimpuh di lantai. Tentu saja ia khawatir dan langsung menghampirinya.

"Naura? Kamu kenapa, nak?" Baru saja ia terkejut karena Naura yang tersimpuh, kini ia kembali dikejutkan oleh raut wajah tak karuan putrinya. Air mata ada di mana-mana, membuat hatinya perih bahkan sebelum tahu alasannya.

"Kamu kenapa, Naura? Hah? Kenapa nangis?" Kedua tangan agak keriputnya mengusap setiap tetes buliran bening itu.

"Mam-a! Hiks! Ma-ma!"

"Kenapa? Ada apa?" Khawatir, sangat. Kekhawatirannya sudah berada di tingkat dewa, ia tidak pernah melihat putrinya se putus asa ini.

Saat itu juga, Nugraha tiba di rumah. Mendengar suara tangisan dari dapur, ia pun langsung berlari menghampiri asal suara tersebut. Di raihnya ponsel milik Naura, lantas mulai berbicara dengan Koko.

Disaat Nugraha tengah berbicara lewat telepon, Nuraini yang masih belum mengetahui penyebabnya berusaha menangkan Naura. Apapun alasannya, terlalu larut dalam kesedihan bukanlah ide yang bagus bagi keadaannya saat ini.

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang