13. lengkap lebih baik

34.9K 3.8K 215
                                    

-Vote dulu sebelum baca!
.

.

.

"Sepertinya Sudah tidak bisa ditunda lagi,"

"...,Kalian berdua harus melakukan resepsi."

Terkejut, syok, itulah yang dirasakan Naura. Ia refleks membelalakkan mata kala mendengar ucapan dari ayah mereka. Apa ini? Resepsi? Ternyata feelingnya benar akan terjadi sesuatu kepadanya.

"Resepsi kalian akan diadakan secepatnya."

Naura masih tetap diam. Gadis tersebut bingung, otaknya juga belum bisa mencerna perkataan orang tuanya dengan baik. Lamunannya berakhir disaat Barra memegang punggung tangan gadis itu.

"Ur, percaya sama saya, ini yang terbaik."

Manik Naura menatap dalam manik milik Barra. Mereka berdua saling menatap,mengamati satu sama lain.

Setetes air mata jatuh membasahi pipi kanan Naura membuat Barra menatapnya sendu. Mungkin lelaki tersebut memahami bagaimana perasaan Gadisnya saat ini, ia mengerti bagaimana rasanya berada di posisi ini.

"Kalian kan sudah menikah, jadi tinggal resepsinya aja,"

"..., tapi kalau kalian ragu, kita akan mengulang kembali pernikahan kalian, bagimana?"

Naura berusaha tegar namun usahanya sia-sia, ia malah terisak di depan seluruh keluarga membuat semua mata tertuju kepadanya.

"Kenapa sayang?" Tanya Nugraha digelengi oleh Naura.

Ingin rasanya Ia berteriak, mengeluarkan semua unek-uneknya yang terasa amat menyesakkan. Ia tak berdaya, tidak ada jalan lain dalam hidupnya selain mengikuti alur keluarga sambungnya.

"Lengkap lebih baik,"

"..., jika akad sudah dilaksanakan, kini saatnya kalian melakukan resepsi." Naura memberanikan diri untuk menatap mata mamanya.

"Naura masih belum lulus ma."

"Terus kenapa? Nggak papa kamu belum lulus, toh bentar lagi lulus."

Sekilas gadis tersebut melirik kearah Nugraha berharap beliau akan memihak kepadanya namun ternyata dugaannya salah, ia malah diberi pejaman yang mengisyaratkan ia harus menerima semua ini.

"Ur, kamu gimana?" Barra memegang tangan Ura.

Hening, gadis tersebut memilih diam dan tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh Barra. Faham dengan gadisnya, Barra pun mengelus punggung tangan Naura.

"Naura mau mandi dulu terus istirahat," Ura berdiri dari duduknya. Ketika ia ingin melangkah, Barra memegang tangannya, "Ura capek." Barra pun melepaskan pegangan tangannya dan membiarkan Naura pergi.

Semuanya diam menatap satu sama lain kemudian beberapa diantaranya beranjak dari tempat duduk.

Dari bawah tangga Barra terus menatap lekat punggung yang kian menjauh dari jangkauan matanya, ia berharap gadis tersebut akan baik-baik saja.

___

Setelah membersihkan tubuh, Naura kini duduk diam di sudut kasur miliknya. Beberapa kali menyilakan Surai nakal yang menutupi wajah cantiknya. Iya, Naura sedang tidak memakai jilbab karena ia sedang sendirian di kamar dan ini bukan yang pertama kalinya.

'Drttt drttt'

Ponsel Naura bergetar menandakan seseorang menelponnya. Tertera sebuah nama hujan di layar ponsel miliknya.

"Halo assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam."

"Kamu enggak papa kan Ur?"

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang