43. gara-gara ikan asin!

18.2K 2K 89
                                    

-Vote dulu sebelum baca!
.

.

.

Suara rintikan hujan menemani suasana keramaian jalan raya yang sedang di lalui oleh seorang pria dengan pakaian pendek se lengan, dan celana panjang berbalut sendal rumahan di kedua kakinya.

Sudah sekitar satu jam pria tersebut berteduh di bawah atap terminal setelah pergi untuk membeli ikan asin bermerek yang cukup terkenal di daerah tetangga. Entahlah rasanya bagaimana, Barra tidak tahu. Ia hanya menuruti permintaan dari sang istri yang sedari pagi terus merengek meminta ikan asin tersebut setelah menonton sebuah vlog dari seleb yang di ikutinya.

Ia terheran, dari sekian banyak makanan enak di Indonesia, kenapa harus ikan asin? Namun ia sadar, yang namanya orang hamil pasti akan begitu random keinginannya. Awalnya ia berencana untuk membeli secara online saja, namun Naura malah menolaknya. Wanita tersebut bergeming bahwa jika bukan Barra sendiri yang membeli, maka ia tidak akan mau memakannya. Fyuhh!!!

Merasa hujan sudah kian mereda, Barra pun memanaskan motor gede miliknya kemudian kembali menyusuri jalanan yang basah. Ia memang sengaja tidak membawa mobil, karena menurutnya motor lah yang paling dapat diandalkan ketika jalanan sedang ramai. Secara, dia bisa dengan mudah menyalip kendaraan di depannya.

Disisi lain, Naura tengah terduduk lesu di samping jendela kamar yang cukup besar untuk menampung tubuhnya. Kakinya di luruskan, dengan kedua tangan yang mengelus perut dengan teratur, Naura teringat jelas dengan mimpi-mimpinya.

Lima belas menit yang lalu ia sempat ketiduran karena saking dingin hawa di sekitarnya. Dalam tidur singkatnya, ia memimpikan kedua orang tua yang sudah teramat ia rindukan. Sejenak ia berfikir egois, fikiran kekanakan mulai muncul di kepalanya. Mengapa semua itu terjadi kepada orang tuanya? Kenapa harus orang tuanya? Kenapa harus dia?

Mimpi yang terbilang cukup buruk, mampu membuat perasaannya teraduk tak karuan. Bayang-bayang teriakan banyak orang di mimpinya masih teringat jelas. bahkan dalam mimpi buruknya itu, ia sampai beberapa kali meneteskan air mata.

Naura menyandarkan kepalanya lesu, menunggu kedatangan Barra yang sudah satu setengah jam belum kembali. Ia mengerti, selain tempatnya yang jauh, hujan deras juga pasti mempengaruhi perjalanannya.

"Pengen makan gudeg," gumamnya pelan.

"Tapi mas Barra kan beli ikan asin?" Sebenarnya Naura sudah tidak mengidamkan ikan asin lagi, namun ia juga tidak mau jika tidak menghargai perjuangan Barra yang rela pergi jauh-jauh demi dirinya.

Bersamaan dengan itu pula terdengar suara mesin motor mulai mendekati rumahnya. Itu pasti Barra. Naura sedikit mengintip lewat jendela dan ternyata benar, Barra sudah pulang dengan membawa sekantung ikan di tangannya.

Mendapati Naura yang berada tepat di antara jendela yang terbuka, Barra melambaikan tangannya seraya mengangkat bingkisan yang ia bawa. Naura yang mengetahui itu pun tersenyum girang tak lupa membalas lambaian tangan dari suaminya.

Terlihat dari atas bahwa Barra sudah mulai melangkahkan kaki menuju pintu rumah. Naura pun segera turun guna menyambut kedatangan Barra.

"Assalamualaikum," salamnya membuka pintu rumah.

"Waalaikumsalam," jawab Naura perlahan menuruni tangga dengan sebelah tangan yang setia menopang perutnya.

"Kamu kebasahan ya? Maaf, aku udah ngerepotin." Naura sedikit merapikan rambut berantakan Barra yang sedikit basah akibat ulah hujan.

"Enggak apa-apa. Apasih yang enggak? Buat anak ayah gitu loh!" Lelaki tersebut mengecup singkat perut Naura yang mulai membuncit.

"Ya udah. mandi dulu sana, nanti masuk angin."

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang