24. Jamkos

26.4K 2.8K 69
                                    

-Vote dulu sebelum baca
.

.

.

Dua orang paruh baya sedang terombang ambing oleh kekhawatiran. Mereka berdua tergesa-gesa menghampiri putri tercintanya yang tengah berjalan tertatih ke arah mereka. Nuraini juga Nugraha, mereka khawatir disaat melihat Naura memasuki rumah dengan gaya berjalan yang berbeda dari biasanya.

"Ur, kamu kenapa?" Tanya mamanya khawatir.

"Jatoh," jawab Naura singkat kemudian duduk di sofa rumahnya.

"Kok bisa? Kamu kebut-kebutan, ya?"

Dengan cepat Naura menggeleng, "enggak kok, ma."

"Terus?"

"Tadi ada sapi lepas, jadi motornya nabrak waktu menghindar."

"Nauraaa, kamu ini gimana sih?" Nuraini membersihkan luka yang ada di lutut juga lengan Naura.

"Lain kali kamu harus hati-hati," tutur papanya.

Naura mengangguk, "iya, pa."

"Sini mama obatin dulu, nanti infeksi." Nuraini mengambil kotak obat kemudian mulai mengobati luka Naura.

___

Setelah terjatuh dari motor, tubuh Naura rasanya remuk semua. Mulai dari kaki, bahu, sampai punggung Naura terasa pegal. Naura memijati perlahan kaki dan bahunya seraya mandi di air hangat.

Usai mandi, gadis tersebut memandangi tubuhnya dari pantulan cermin. Ternyata luka di bagian lengannya cukup lebar, bahkan ketika ia menyentuhnya pun terasa sangat perih. Naura mengoleskan obat antiseptik lantas berbaring di atas kasur miliknya.

'drtt drttt'

Ponsel Naura berdering. Sudah ia duga, mama dan papanya pasti sudah memberitahukan hal ini kepada Barra. Naura mengangkat telfon tersebut seraya mendudukkan dirinya.

"Iya, halo?"

"Kamu jatoh? Kenapa bisa?"

"Tadi ada sapi lepas, trus-"

"Kamu nggak bisa lebih hati-hati? Makanya jangan ngebut kalau bawa motor!"

"Maaf, tapi Naura gak ngebut."

"Mulai sekarang, kamu saya larang pakai motor!"

"Loh? Kok?"

"Kalau kamu luka gimana? Untung lukanya nggak serius, coba kalau luka parah."

"Maaf."

"Mana, coba lihat luka kamu."

"Nanti Ura kirim fotonya."

"Lain kali naik ojek aja, jangan coba-coba pakai motor!"

"Om Barra, marah?"

"Saya cuma khawatir, Naura!"

"Iya udah, maafin Naura."

"Sekarang tidur! Katanya besok sekolah?"

"Iya."

Naura mematikan ponselnya, meletakkannya disamping bantal kemudian kembali merebahkan tubuhnya. Lagi-lagi Naura merasa bersalah, semua orang jadi khawatir gara-gara dia. Bahkan Barra sampai marah kepadanya, ia memang pantas dimarahi.

Apa perlu Naura menunjukkan lukanya kepada Barra? Mungkin memang seharusnya, lagipula ia juga sudah berjanji akan menunjukkan luka di kakinya.

Naura membuka kamera guna memfoto baretan luka yang ada di lutut dan kakinya, kemudian mengirimkan foto tersebut ke nomor Barra.

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang