26. Jangan kasar

41.6K 3.1K 189
                                    

-Vote dulu sebelum baca
.

.

.

"Ah, sa-sakit!" Rintih Naura disaat orang itu mencekal lengannya yang terluka.

"Sakit hiks-" mungkin orang tersebut tidak mengetahui luka di bagian lengan Naura, maka dari itu ia mencengkeramnya sampai sekuat ini.

"Lepasin hiks-"

"Om Bar-ra! Lepasin!" Rintihnya lagi sudah tak tahan dengan rasa sakitnya, luka di lengannya bisa berdarah lagi jika seperti ini.

Barra menghentikan langkahnya, namun tidak melepas cengkeramannya. Ia menatap wajah sembab Naura dengan penuh amarah, tanpa ia sadari telah membuat darah segar membasahi lengan baju yang dipakai Naura.

"Kamu ngapain ikut acara begituan?" Tanyanya.

"Begituan apanya sih? Itu acara perpisahan!" Cecar Naura menahan rasa sakitnya.

"Kamu berani bentak saya?"

"Hiks-hiks, sakit!" Naura terus berusaha melepaskan tangannya namun selalu gagal. Sedangkan Barra, belum juga mau mengerti maksud dari perkataan Naura.

"Kenapa kamu nggak izin sama saya? Ditelfon nggak aktif, saya khawatir!"

"Iya ini lepasin dulu! Hiks-" Naura sudah tidak tahan, tanpa sadar dirinya berteriak tepat di depan wajah Barra.

Barra pun melepaskan cengkeramannya. Ia sadar ada sesuatu basah yang mengganggu kenyamanan tangannya, membuatnya mengecek sesuatu yang basah tersebut.

"Darah?" Pekiknya baru menyadari bahwa ialah yang membuat Naura menjadi begini.

"Hiks-hiks, udah dibilangin! Jangan kasar!" Naura terus menangis membuat Barra merasa bersalah. Amarahnya kini sedikit meredam, berganti dengan rasa khawatir akibat darah yang dikeluarkan Naura.

"Maaf, ayo ke mobil!" Barra membuka pintu mobilnya kemudian membantu Naura masuk.

"Coba lihat!" Ucapnya disaat mereka berdua telah memasuki mobil.

"Gara-gara kamu! Tangan aku jadi berdarah lagi! Sakit tau! Hiks-" ocehnya sesekali memukuli tangan Barra yang berusaha mengobati lukanya.

"Maaf!" Kini Barra merasa sangat bersalah. Bagaimana bisa, ia melakukan hal sebodoh ini. Barra menyesal, amat menyesal.

"Hiks-hiks!"

"Maaf, sekali lagi maaf. Kita pulang dulu aja, nanti diobatin kalau udah sampe rumah." Barra menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menghiraukan Naura yang kini bernafas tersendat-sendat.

Tanpa sadar, teman-teman Naura menyaksikan mereka berdua dari kejauhan. Nanda tersenyum getir seraya meremas dadanya. Ternyata dugaannya benar, mengenai hubungan antara Naura dan juga Barra.

___

"Ayo turun," ucap Barra disaat mereka sudah sampai di rumah.

Barra menatap Naura yang tak kunjung bangun, membuatnya khawatir. Ia mendekat kearah Naura dan menepuk-nepuk pipinya, masih tidak mau bangun. Lelaki tersebut juga menggosok-gosok telapak tangan Naura namun gadis tersebut tak kunjung bangun juga.

Barra menggendong tubuh Naura memasuki rumah, membiarkan semua orang tahu dan turut mengikutinya. Ternyata Naura pingsan, mungkin akibat syok setelah melihat darahnya. Mama dan papanya marah, sangat marah. Bagaimana bisa putri tercintanya menjadi seperti ini? Yang tak lain karena anak kandungnya sendiri!

Nugraha menarik lengan Barra kemudian menampar laki-laki tersebut. Marah! Nugraha sangat marah kepada Barra yang kini hanya bisa diam mematung.

"Kamu apain dia?" Tanyanya kepada Barra.

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang