Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh . . .
Halo guyss! Maaf ya aku telat update hehe...
Ada yang nungguin?
Kasih komentar yang banyak ya, kalau perlu di setiap paragraf !
Soalnya mulai sekarang, update aku bakal tergantung seberapa aktif kalian berkomentar.
Mari saling bekerja sama. Aku update buat kalian, kalian komentar buat aku. Oke?
Happy reading 💗
•••
Seorang Naura keluar dari dalam kamar atasnya dengan menggendong bayi yang telah ia lahirkan beberapa Minggu lalu. Naura menuruni tangga dengan perlahan, menghampiri suaminya yang sedang belajar jalan bersama sang papa.
Wanita itu bersenandung, "sayang, anak bunda. Anak ganteng mau mamam, nak?" Naura menyusui Vero dengan asi yang sudah ditempatkan di botol bayi.
Bukan tanpa alasan, Naura bisa saja langsung menyusui Vero. Namun hanya disaat ia sedang berada di luar ruangan, dan disaat Vero ingin menyusu saja. Karena ia tidak mungkin menyusui Vero secara langsung di luar rumah.
Langkahnya berhenti di depan sebuah bangku yang baru-baru ini dipasang oleh Nugraha, untuk dirinya jika ingin bersantai di pagi maupun sore hari bersama Vero.
"Eh? Cucu Opa udah bangun? Sini, sayang. Opa gendong," seru Nugraha menghampiri Naura.
"Ikut Opa, ya, sayang?" Naura memberikan Vero kepada papanya, kemudian menghampiri Barra yang sedang duduk di bangku setelah setengah jam latihan jalan.
"Gimana, mas?" Tanya Naura, Barra menaikkan sebelah alisnya.
"Gimana apanya?" Barra bingung.
"Gimana latihannya? Apa udah ada perkembangan?" Tanyanya lagi.
Barra menunduk sendu, "maafin mas, karena belum bisa jalan. Mas janji akan berusaha lebih keras, supaya cepet jalan. Kamu yang sabar, ya?" Ujarnya menatap wajah Naura sendu.
Bukan ini yang Naura harapkan, wanita itu memeluk tubuh suaminya dari samping. "Kamu ngomong apa sih, mas? Aku nggak apa-apa, kok."
"Kamu yang semangat, ya. Jangan putus asa. Kalau kamu capek, inget anak kita. Jadiin Vero sebagai penyemangat kamu, ya?" Tutur Naura tulus, ia mendongak untuk mencium rahang Barra yang mulai ditumbuhi jambang.
Naura terkekeh, membuat Barra heran. "Kenapa?" Tanya Barra.
Naura melepaskan pelukannya kemudian menangkup kedua pipi Barra. "Kamu makin ganteng loh, kalau brewokan gini. Ehehe! Naura jadi makin sayang," goda Naura berusaha mengembalikan mood Barra.
Sedangkan sang korban gombalan hanya bisa meringis, memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Kamu suka kalau mas brewokan?" Tanya Barra.
"Kalau suka, ini nggak akan mas cukur," sambungnya seraya memegang rahangnya.
Dengan cepat Naura menggelengkan kepala, "jangan!"
"Kenapa?" Tanya Barra gemas.
"Nanti kesannya malah kaya Om-om pedofil tau, nggak?" Ucapan Naura membuat Barra terkekeh.
"Kenapa gitu?" Tanyanya.
"Naura kan masih kiyowo, nih. Jadi mas Barra juga harus kiyowo, dong. ya kan? Jadi jangan sampai jambangnya panjangan, ya?" Wanita itu kembali menghambur ke pelukan suaminya.
Barra membalas pelukan Naura yang semakin erat, "iya-iya."
Keduanya saling bertemu pandang, tersenyum satu sama lain, dengan Barra yang sesekali memberi kecupan sayang kepada Naura. Jika dilihat-lihat kedua manusia itu sudah seperti pengantin baru yang sedang hangat-hangatnya, haha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Barra [TERBIT]
Teen Fiction[TERSEDIA DI SHOPEE] 17+ CERITA INI MURNI KARYA SAYA SENDIRI❗ PLAGIAT HARAP MENJAUH❗ "jadi selama ini kalian bohong sama Naura?" "Kenapa, Om? Kenapa Om Barra tega? Naura masih sekolah!" "Saya melakukan semua ini juga ada alasannya, Naura! Saya harus...