22. Hari H

31.2K 3.1K 145
                                    

-Vote dulu sebelum baca!
.

.

.

Dua hari berlalu. Seseorang yang telah lama menantikan hal bahagia ini, akhirnya hari ini juga akan terkabul. Kini Naura sedang ada di kamarnya bersama Mayang dan juga mamanya. Gadis tersebut telah menjelma sebagai tuan putri yang amat cantik dengan busana pengantinnya. Ditambah lagi dengan make-up yang ia gunakan, membuat gadis yang tengah duduk manis itu pun terlihat seperti wanita dewasa.

Naura tidak menyangka, perjalanan hidupnya akan secepat ini. Di usianya yang baru beberapa bulan menginjak sembilan belas tahun, ia sudah menjadi istri seseorang. Naura termenung, menatap lemah dirinya dari pantulan cermin. Cantik, hanya satu kata yang bisa ia ucapkan.

Sejujurnya Naura ingin menangis, ia ingin menangis karena kedua orang tua kandungnya tidak ada di sampingnya. Membuat Mayang dan juga suaminya mewakili kedua orang tua kandungnya.

Lagi-lagi Naura menyeka setetes air matanya, menjaga agar make-up yang ia pakai tidak luntur karena ulahnya. Nuraini yang sedari tadi menemani gadis tersebut pun turut menyeka air mata Naura, meyakinkan gadis tersebut bahwa semuanya akan baik-baik saja.

'tok tok tok'

"Mempelai pria sudah siap," ucap seseorang setelah Mayang membuka pintu kamar Naura.

"Iya, terimakasih."

Nuraini menatap mata putrinya, menganggukkan kepalanya lemah berharap Naura tidak terlalu tegang. Nuraini bisa melihat sebulir cairan bening yang sudah sangat menggantung di kelopak mata Naura, ia pun dengan cepat menyeka buliran tersebut dengan tissue yang dibawanya.

"Bismillah. Kamu bisa," ucap Nuraini menyemangati putrinya.

Naura mengangguk, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Mayang dan Nuraini pun menuntun Naura keluar dari kamar menuju pelaminan.

Satu demi satu anak tangga mereka lewati, mempersilahkan orang-orang yang ada dibawah menyaksikan bidadari cantik yang akan segera menemui pangerannya. Barra yang sudah menunggu di bawah pun terpesona melihat sosok yang tengah berjalan menghampirinya. Sungguh, jantung Barra kini mulai terpompa lebih cepat.

Nugraha menghampiri Naura lantas menggandengnya menuju pelaminan, tempat dimana Barra sudah menunggu pengantin wanitanya. Sedangkan Naura memeluk papanya setelah ia berdiri di samping Barra.

"Papa kesana dulu, ya?" Pinta Nugraha diangguki Naura. Gadis tersebut pun melepaskan pelukannya kemudian membiarkan papanya pergi.

"Kamu cantik banget, Ur."

Naura menoleh, "makasih."

___

Acaranya berjalan dengan lancar. Kini Barra dan juga Naura tengah menyapa para tamu undangan, terlebih teman-teman Barra yang turut memberikan selamat kepada mereka berdua.

"Cantiknya istri Lo, Bar!" ucap salah satu teman Barra.

Barra menoleh, memandang sekilas wajah Naura. "Iya dong," ucapnya seraya memeluk pinggang Naura.

Di lain sisi, Naura sangat tegang disaat Barra memeluknya. Ia berusaha bersikap biasa saja di depan teman-teman Barra, suaminya. Jam dinding Masih menunjukkan pukul empat sore, Naura yang merasa tidak nyaman dengan penampilannya pun berniat untuk menggantikan busana pengantin itu dengan pakaian yang lebih nyaman.

Naura berbisik di telinga Barra. "Om Barra, Ura nggak nyaman,"

"Ganti baju, boleh?" Bisiknya lagi.

Barra mengangguk seraya melepas pelukannya, membiarkan Naura pergi meninggalkan dirinya yang tengah berbicara dengan teman-temannya.

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang