-Vote dulu sebelum baca!
..
.
Dengan cepat Naura menjauhkan dirinya dari Barra, "Om Barra kenapa?"
Gadis tersebut membuka pintu lantas berlari menuruni tangga, sedangkan Barra kini mematung tak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan kepada Naura. Barra menggaruk kepalanya yang tidak gatal kemudian menyusul kebawah.
"Ur, Ura tunggu saya," Teriaknya berlari mengejar Naura.
"Tunggu sebentar Ur," Barra berhasil menghentikan Naura yang tengah menunduk.
"Maaf, maafin saya."
Tak ada yang perlu dimaafkan. Perbuatan yang dilakukan Barra bukanlah hal buruk, toh mereka berdua juga sudah halal. Namun masalahnya ada pada diri Naura sendiri yang secara jasmani maupun rohani belum siap menerima perlakuan seperti apa yang baru saja dilakukan oleh Barra kepadanya.
"Maafin saya Ur,"
"..., saya kebawa emosi tadi," sesal Barra mencoba membujuk Naura agar tidak marah kepadanya.
Naura tidak bersuara, hanya air mata yang menjadi jawaban. Gadis tersebut terisak membuat Barra semakin merasa bersalah. Barra mengusap air mata Ura kemudian berusaha memeluknya namun Naura malah menghindar.
"Ada apa ini? Kenapa Naura nangis?"
"Mbak Mayang?"
"Kamu apain dia Bar?"
"Sejak kapan kamu disini mbak?"
"Sejak kalian kejar-kejaran."
Naura masih tetap diam tak bersuara, mungkin nafasnya yang tersendat-sendat membuat Mayang sadar akan kesungguhan tangisannya. Mayang menghampiri Naura lantas memeluknya.
"Kamu kenapa Ur? Cerita sama saya,"
"..., Barra ngapain kamu hm?"
Naura sedikit melirik Barra kemudian kembali menunduk, "e-enggak kok mbak."
"Terus kenapa kamu nangis?"
"Ura Cuma kepleset tadi," jawabnya bohong.
"Bener?" Tanya Mayang diangguki Naura.
"Yaudah sekarang bantuin mbak ngurus Fiya, soalnya mbak mau pergi arisan dulu." Naura mengusap air matanya kemudian mengambil Fiya dari gendongan ibunya.
"Kamu Barra, anterin saya!" Ucapnya ketus melirik tajam kearah Barra yang sedari tadi menatap Naura.
"Iya mbak."
Mayang dan Barra pergi meninggalkan Naura yang kini berjalan menuju samping rumah, dimana banyak bunga-bunga dan juga kupu-kupu disana. Ia membawa sebuah alas untuk duduk lesehan nanti sembari menggendong Fiya.
"Duduk disini ya sayang,"
"Iya aunty," gumamnya menirukan suara anak kecil.
"eek," oceh Fiya menggemaskan membuat gadis tersebut tersenyum menciumi kedua pipi gembul milik keponakannya.
Sejenak ia melupakan kejadian beberapa jam lalu. Setiap kali ia bersama dengan Fiya, moodnya selalu bagus. syukurlah gadis tersebut tidak membutuhkan waktu lama untuk mengembalikan moodnya.
Tiba-tiba Naura ingat kalau dulu Ayahnya sempat memotret dirinya dengan Fiya. Ia berniat meminta foto tersebut dari ayahnya setelah mengasuh Fiya namun nyatanya tidak, sampai hari mulai sore dan dirinya disibukkan oleh Fiya yang buang air membuatnya lupa untuk meminta foto dirinya dari Nugraha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Barra [TERBIT]
Novela Juvenil[TERSEDIA DI SHOPEE] 17+ CERITA INI MURNI KARYA SAYA SENDIRI❗ PLAGIAT HARAP MENJAUH❗ "jadi selama ini kalian bohong sama Naura?" "Kenapa, Om? Kenapa Om Barra tega? Naura masih sekolah!" "Saya melakukan semua ini juga ada alasannya, Naura! Saya harus...