Halo everybody loves Barra! Update cepet loh ini, yakann?
Sebenernya mau update seminggu dua kali, but komentar dari kalian sedikit banget di part2 sebelumnya. Bahkan nggak sampai seratus hiks, itu sih yang bikin kurang semangat ngetiknya.
Jujur ini, tapi gpp kok. Aku tetep usahain update seminggu sekali.
•
•
•Begitu menyusahkan keadaannya yang saat ini. Bahkan ke kamar mandi pun harus meminta bantuan dari seseorang, sialnya Naura lah yang ia inginkan. Ia tidak mau orang itu ayah maupun ibunya. Meskipun mereka orang tuanya, tetapi ia sungguh malu jika kedua orang tuanya itu melihat tiap inchi dari tubuh terbukanya ketika sedang di kamar mandi.
Jika di ingat-ingat, tak lama lagi Naura akan melahirkan buah hatinya. Ia tidak sabar akan hal itu, dan pasti kelahiran putranya akan menjadi hari paling membahagiakan di hidup Barra.
Masih ingat ketika kemarin Naura menyekanya, kali ini wanita itu membantunya mandi. Naura begitu telaten menggosok lengan dan punggungnya. Pria itu cukup dibuat haru oleh setiap perlakuan istrinya. Meskipun dengan membantunya mandi dan menyentuh kulitnya, tidak lepas dari bangkitnya nafsu tersendiri sebagai seorang pria.
"Ini beneran udah enggak sakit, mas?"
Barra mendongak, menatap wajah Naura yang saat ini sedang menggosok rambutnya. Ya memang agak nyeri, namun tak apa. Barra cukup mampu untuk menahan rasa sakit itu.
Gelengan kepala menjadi jawaban atas pertanyaan Naura. Namun bukan Naura namanya kalau tidak bertanya lagi, "kalau aku cuci muka kamu, gimana?"
"Biar aku sendiri aja yang nyuci muka, kamu keluar dulu." Naura mengerutkan keningnya. kan mandinya belum selesai, kenapa Barra malah menyuruhnya untuk keluar? Namun ia hanya mengangguk pasrah, tak ingin memperpanjang pembicaraan diantara mereka. Karena memang ia sendiri juga sedari tadi sudah terbakar malu karena harus memandikan suaminya.
Memang benar ini bukanlah yang pertama bagi Naura melihat tubuh Barra, namun tetap saja itu sangat memalukan! Hingga dirinya meminta Barra untuk tidak melepas baju bawahnya, hanya untuk berjaga-jaga.
"Kalau udah selesai, panggil aku. Aku mau sisir rambut dulu," ujar Naura melepaskan handuk yang terlilit di kepalanya, kemudian menyampirkan handuk tersebut ke tempat yang seharusnya.
Pagi ini memang Naura mencuci rambutnya, biasalah. Kini Naura berada di depan cermin rias untuk mengaringkan rambutnya, menyemprotkan parfum rambut meskipun akan tertutupi oleh kerudung. Ia hanya ingin terlihat baik di mata Barra, suaminya.
Tak merasakan pertanda bahwa Barra telah usai dengan mandinya, Naura menyempatkan diri untuk keluar kamar hanya untuk sekedar memeriksa semua orang. Ternyata ada tamu, sejak kapan? Tunggu, sepertinya Naura kenal dengan orang itu.
"Eh? Naura? Sini, nak. Ini ada tamu yang nyariin suamimu. Dimana dia?" Ucap Nuraini ketika melihat Naura berjalan menghampiri mereka.
Wanita cantik, elegan, dan berwibawa. Wanita yang sama seperti saat itu, gaya senyum yang sama pula yang wanita tersebut berikan kepadanya. Bukannya tidak suka, ia hanya kurang nyaman dengan kehadiran sosok tersebut.
"Hai, Naura! Apa kabar?"
Naura tersenyum ramah, kemudian turut duduk di samping mamanya. "Baik, kak. Kak Vale ngapain pagi-pagi kesini?" To the point, alias Naura tidak suka berbasa-basi.
"Sebenarnya aku ada acara di sekitar sini, jadi sekalian mampir. Ini semua buat kamu sama Barra." Sebuah bucket berisikan bunga mawar bermacam warna, mulai dari merah, pink, hingga kuning, ia letakkan di atas meja. Dan juga beberapa roti dengan susu dan juga buah-buahan layaknya oleh-oleh khas menjenguk orang sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Barra [TERBIT]
Подростковая литература[TERSEDIA DI SHOPEE] 17+ CERITA INI MURNI KARYA SAYA SENDIRI❗ PLAGIAT HARAP MENJAUH❗ "jadi selama ini kalian bohong sama Naura?" "Kenapa, Om? Kenapa Om Barra tega? Naura masih sekolah!" "Saya melakukan semua ini juga ada alasannya, Naura! Saya harus...