55. Bapak Barra

12.1K 1.4K 153
                                    

Hai hai haiiiii!!

Malem tahun baru nih!

Pada ngapain guys? Bakar jagung? Atau bakar rumah? Wkwk

Lihatlah kebaikan hati aku yang udah update lebih cepat di hari terakhir tahun ini!

Ayo kasih ucapan apa gitu ke aku? Hahaha

Happy reading 💗

•••

"NAURA!!!!!!!!!" Teriak Barra menggelegar membuat Nugraha yang semula tersujut bahagia, kini dibuat risau.

Jika kalian bertanya dimana Nanda, laki-laki itu sudah terlebih dahulu pamit undur diri. Karena ia telah mendapat kabar bahwa Raini sudah siuman, jadi ia harus segera menghampiri sahabat yang juga tertimpa musibah itu.

Seorang suster mengambil bayi kecil dari dada Naura kemudian meletakkannya di tempat bayi yang baru lahir. Kemudian beberapa diantaranya mulai mengambil tindakan.

Barra yang menangis histeris di atas kursi roda kini terjatuh ke lantai karena saking khawatirnya. Begitu juga dengan Nuraini, wanita paruh baya tersebut bagai teriris dadanya. Ia menghambur ke pelukan Barra untuk menenangkan pria tersebut.

"Suster, tolong infus!"

"Periksa detak jantungnya!"

Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat yang dilontarkan sang dokter untuk berusaha menyelamatkan nyawa Naura.

"Maaf, ibu dan bapak dimohon untuk keluar."

Nuraini mengangguk, membantu Barra menaiki kursi roda lantas perlahan mendorongnya keluar. Tak perduli dengan pemberontakan dari Barra, Nuraini enggan mengganggu sang dokter yang berusaha menolong putri tercintanya.

"Kenapa? Ada apa? Bar?" Nugraha kepanikan begitu melihat putra dan istrinya.

"Naura kenapa, jawab!" Bentaknya.

Nuraini terduduk lemas di lantai, membuat Nugraha menopang tubuh istrinya agar tidak pingsan. "Kenapa, ma? Putri kita kenapa?"

"Naura, pa... Hiks!"

"Iya, Naura kenapa? Cucu kita mana?"

"Cucu kita udah lahir, tapi Naura..."

"Astaghfirullah mama! Naura kenapa!"

Keduanya saling berpelukan. Sedangkan Barra, pria tersebut tidak dapat berkata apa-apa. Seakan kehabisan air mata, ia hanya bisa termenung dalam diam.

Termenung dalam arti lain. bahwa meskipun ia diam, namun pikirannya sudah melayang kemana-mana. Bagaimana jika Naura sampai tiada? Barra tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai itu terjadi.

Bagaimana jika dokter tidak dapat menolong istrinya? Ia tidak mungkin bisa hidup tanpa Naura, tidak mungkin! Lalu bagaimana nasip buah hati mereka? Jika sesuatu terjadi kepada Naura, maka ia akan mengakhiri hidupnya. Ingat itu!

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi, Barra hanya bisa berdo'a agar istrinya baik-baik saja. Papanya sedang memeluk sang mama yang masih syok, sedangkan dirinya memilih untuk sendirian. Percayalah, meskipun raganya diam, namun pikirannya sangat kacau.

Beberapa menit sudah berlalu, dan Barra melihat seorang dokter keluar dengan wajah masam. Apakah, tunggu! Jangan bilang kalau?

"Bagaimana keadaan istri saya, dok? Dia baik-baik saja, kan?" Tanya Barra.

Sedangkan Nuraini dan suaminya turut mendekat kearah dokter berdiri. "Bagaimana, dok?" Anak saya baik-baik saja?" Tanya Nuraini.

Sang dokter nampak lesu dan menundukkan kepala sejenak, namun setelah itu perlahan mulai menampakkan wajah lelahnya lagi. "Bayi ibu Naura sudah kami pindahkan ke ruangan khusus."

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang