-Vote dulu sebelum baca☆
___
Malam hari berlalu, kini sang mentari pagi mulai bergerak perlahan memancarkan Fajar setelah subuh. Seperti biasa, Naura melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim dilanjut dengan menyelesaikan sketsa desain milik temannya.
"Selesai," gumamnya kala ia berhasil mengisi bagian yang dirasa kurang pada gambaran milik temannya itu.
Gadis tersebut kemudian melangkahkan kakinya menuruni tangga, awalnya ia ingin memasak namun bahan-bahan makanan di kulkas ternyata habis.
Naura kembali keatas mengambil dompet lantas turun kebawah menjinjing sebuah sepeda untuk digunakannya berbelanja. Kaki-kaki indah tersebut dengan lihai menggowes sepeda merah muda miliknya hingga sampai tempat tujuan, yaitu penjual sayur.
"Assalamualaikum," sapa Naura kepada ibu-ibu yang juga berbelanja.
"Waalaikumsalam. Eh? ada nak Ura," Ujar ibu-ibu sayur disana.
"Mau beli apa, nak? dipilih aja dulu, sayurnya masih seger-seger." Mak Ijah, penjual sayur langganan mama Barra.
Setelah melihat-lihat sayuran yang memang masih segar, Naura mengambil beberapa. Ia juga mengambil paha dada ayam untuk dimasaknya nanti, tak lupa bumbu-bumbu lain yang sekiranya dibutuhkan.
"Berapa bu harganya?" Ura memberikan belanjaannya untuk ditotal.
"Semuanya jadi 45 ribu, Neng." Mak Ijah memberikan belanjaan kepada Ura.
"Ini uangnya Bu," gadis tersebut memberikan uang lima puluh ribuan kepada Mak Ijah.
"Kembaliannya, neng."
"Kembaliannya kerupuk aja, Bu."
Setelah selesai berbelanja, Naura kembali menggowes sepedanya dengan belanjaan yang tertata rapi di dalam keranjang sepeda yang dibawanya. Setelah lima menit kira-kira akhirnya Naura sampai juga di rumah.
Gadis tersebut masuk dan langsung menuju kearah dapur, ia menata belanjaan lantas mencuci ayam serta sayuran yang dibelinya.
"Naura?" Ia menoleh disaat seseorang memanggil namanya.
"Mama?"
"Kamu udah belanja, nak?"
Ura mengangguk, "tadi sekalian sepedaan, ma."
"Wah? anak pintar! Mandi aja sana gih, biar mama yang lanjutin."
"Iya." Naura mencuci tangannya lantas berjalan menaiki tangga.
___
Waktu sarapan berlalu, kini Gadis dengan tas hijau tosca itu tengah berada di depan gerbang sekolah setelah ia turun dari ojek online. Ia melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah sesekali menipiskan bibirnya.
Hari ini adalah hari ketiga Naura melaksanakan Ujian, hari ketiga pula tak ada Barra dirumah. Baguslah, setidaknya ia bisa fokus belajar tanpa ada sosok Barra yang akan mengganggu proses belajarnya.
Entah kenapa Naura tiba-tiba merasa kesal setiap memikirkan tentang Barra. memang semua itu bukan salah Barra, tetapi pada dasarnya lelaki tersebut juga ikut menyembunyikan fakta dan membiarkan Ura hidup dalam kebohongan selama ini.
Semakin difikirkan gadis tersebut malah semakin emosi hingga tak sadar ia sudah melewati kelas yang seharusnya ia masuki. Raini yang berada di bangku paling depan mengerutkan alisnya bingung ketika melihat temannya tidak masuk kelas.
"Naura?" Panggil seseorang dari kelas sebelah namun tak dihiraukannya.
Naura terus berjalan sambil melamun hingga tak sadar kini ia tengah berada di perpustakaan. Gadis tersebut tersadar lantas menghentikan langkahnya bingung, "loh?,kok perpus?" Gumamnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Barra [TERBIT]
Jugendliteratur[TERSEDIA DI SHOPEE] 17+ CERITA INI MURNI KARYA SAYA SENDIRI❗ PLAGIAT HARAP MENJAUH❗ "jadi selama ini kalian bohong sama Naura?" "Kenapa, Om? Kenapa Om Barra tega? Naura masih sekolah!" "Saya melakukan semua ini juga ada alasannya, Naura! Saya harus...