19. Persiapan

33.5K 3.1K 51
                                    

-Vote dulu sebelum baca!
.

.

.

'tok tok tok'

Pintu kamar Naura diketuk dari luar. Naura pun segera bangun dari tidurnya, kemudian berjalan gontai membukakan pintu.

'Cklek'

"Naura, bangun sayang. Kamu temenin mama belanja ke pasar ya?" Pinta Nuraini, mama Barra.

"Iya ma, Naura mau cuci muka dulu ya?" Ucapnya diangguki Nuraini.

Sepuluh menit kemudian, Naura turun ke bawah menghampiri mamanya yang sudah menunggu di dapur. "Ayo ma," ajaknya.

"Oh, kamu udah? Yaudah yuk berangkat!" Naura mengangguk kemudian mengambil motor untuk digunakannya pergi ke pasar.

Keduanya berangkat dengan Nuraini yang membawa motor. Jangan kira kalau Naura yang membonceng, oh tentu tidak! Gadis itu tidak berani membonceng orang dewasa seperti mamanya.

Sementara Naura dan mamanya pergi ke pasar, Barra yang baru saja bangun dari tidurnya kini duduk di kursi dapur dengan membawa beberapa dokumen kerjanya. Masih pagi, namun lelaki tersebut sudah terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Ia menguap, "Astaga kenapa bisa lupa ada pekerjaan yang belum beres," monolognya menyibukkan diri dengan laptop.

Sebuah notifikasi WhatsApp berbunyi. Barra yang semula fokus terhadap laptop, kini beralih memeriksa pesan yang dikirimkan kepadanya.

Kamu udah selesai sama kerjaan yang dikasih Presdir?

Belum, ini masih ngerjain.

Perlu bantuan?

Enggak, terimakasih.

Barra meletakkan kembali ponselnya, memfokuskan dirinya kepada file-file penting juga laptop tentunya. Lelaki tersebut terlihat sangat sibuk hingga tak sadar bahwa kini Naura dan mamanya telah sampai rumah. Mereka berdua melirik satu sama lain, memberi isyarat agar menyadarkan Barra dari kesibukannya.

"Bar, kamu ngapain disini pagi-pagi?" Tanya Nuraini sambil menepuk pundak putra semata wayangnya.

Bara terkejut, "eh? Ini ma, banyak kerjaan," jawabnya kembali memeriksa kertas-kertas yang ada di sebelahnya.

"Ke kamar gih, atau ruang tamu. mama mau pakai dapurnya," Tutur mamanya.

"Bentar, nanggung banget ma." Barra kembali fokus tanpa menghiraukan kedua orang yang tengah berdiri di belakangnya.

Naura tidak berani menyapa pria itu, jujur saja ia masih sedikit malu dengan kejadian yang menimpa mereka berdua kemarin malam.

"Ur," panggil Barra tiba-tiba.

Naura terkejut, ia menghampiri lelaki tersebut. "Iya?" Jawabnya gugup.

"Tolong ambilin berkas saya di kamar, map warna biru," perintahnya diangguki Naura. Gadis tersebut berjalan menaiki tangga guna mengambil berkas yang dimaksud Barra.

Ia sudah hafal dengan tatanan kamar Barra. karena memang sejak kecil, ia sering bermain di kamar tersebut. Ketika sampai, Naura berjalan menuju lemari tempat Barra menyimpan file-file penting miliknya.

"Map biru," monolognya memperhatikan puluhan map berisikan pekerjaan Barra.

"Nah." Setelah mendapatkannya, Naura memberikan berkas tersebut kepada Barra yang sama sekali tidak melirik wajahnya.

"Kok yang ini sih Ur? Salah!" Bentaknya membuat Naura beserta mamanya terkejut.

Naura yang ketakutan hanya diam mematung. Namun lain dengan mamanya, wanita tersebut membentak balik anaknya, "Barra! Kamu ngapain bentak-bentak?" Tegasnya.

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang