-Spam komentar untuk next!
..
.
Tiga Minggu kemudian. Naura sangat merindukan Raini, sahabatnya. Sejak ia melahirkan Vero, ia sudah tidak pernah lagi mengunjungi kediaman sahabatnya itu karena terlalu sibuk dengan dunianya yang sekarang. Maka dari itu, hari ini ia memutuskan untuk pergi ke rumah Raini. Ia ingin memastikan bahwa sahabatnya itu baik-baik saja.
Naura sendiri masih belum bisa bergerak terlalu lama, karena setiap pergerakannya saja masih terasa sakit. Jadi, Naura terlebih dahulu mengabari Raini bahwa ia akan bertamu ke rumahnya, diantar oleh papanya.
"Makasih, ya, pa." Naura membuka pintu mobil dan melangkah keluar secara perlahan ketika sudah sampai di depan rumah Raini.
Vero? Bayi itu tidak ikut bersama Naura, karena masih terlalu kecil untuk dibawa keluar. Naura memencet bel rumah Raini, dan menghubungi lewat WhatsApp. Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka dan menampakkan seorang perempuan cantik.
"Assalamualaikum," salam Naura tersenyum sumringah.
"Waalaikumsalam," jawab Raini tanpa ekspresi, kemudian mempersilahkan Naura masuk.
"Kamu gimana, Rain. Kamu baik-baik aja, kan?" Tanya Naura.
Raini mengangguk, "duduk dulu, Nau. Aku mau buat minuman dulu," ucapnya sebelum melangkah menuju dapur.
Naura duduk perlahan di atas sofa ruang tamu Raini. Ia menelisik setiap sudut rumah itu, sepi, mungkin Abangnya sedang kerja.
Tak lama kemudian, Raini datang dengan membawa segelas jus jeruk. Gadis itu meletakkan jus di meja depan tempat Naura duduk, lantas turut bergabung dengan Naura.
"Gimana kabar kamu?" Tanya Raini.
Naura menatap sahabatnya dengan menunjukkan senyuman manisnya, "Alhamdulillah, aku baik."
"Selamat, ya. Atas kelahiran anak pertama kamu. Tepat di hari ulang tahun aku, dan juga hari kematian mama aku," cecar Raini diakhiri senyuman tipis.
Sedangkan Naura mulai merasa tidak enak. "Raini, maaf. Aku juga nggak tahu kalau bakal lahiran lebih awal. Jujur, aku juga pengen ngehibur kamu, Rain. Tapi waktu itu, aku juga ngalamin kejadian mendadak."
Raini tersenyum tipis kemudian mengambil gelas berisikan minuman berwarna oranye tersebut, dan memberikannya kepada Naura. "Minum dulu," ucapnya diangguki Naura.
"Nau, aku boleh, nggak? minta sesuatu? Aku harap, kamu mau ngabulin permintaan aku ini."
Naura memiringkan duduknya, "apa?"
"Tolong, jangan dulu tunjukin anak kamu. Aku masih belum siap, Nau. Setiap aku lihat anak kamu, aku selalu inget sama almarhumah mama. Jadi tolong, jangan dulu bawa anak kamu," ujarnya menatap sendu wajah Naura.
"Raini-"
"Dan tolong. Setelah ini, kamu jangan dulu main ke rumah aku. Bukannya apa-apa, aku cuma nggak mau nyakitin perasaan kamu." Naura diam, mendengarkan setiap perkataan sahabatnya.
"Buat jaga-jaga aja kalau seumpama aku marah, tiap kali ada kamu sama anak kamu." Naura masih diam.
"Bukan cuma itu, Nau. Mulai tahun depan dan seterusnya, aku nggak akan ngerayain ulang tahun aku lagi. Buat apa juga dirayain? bukannya seneng, aku justru bakal keinget sama mama." Raini terkekeh, memainkan jarinya sendiri.
"Aku jahat banget, ya, Nau? Kamu boleh anggep kita nggak saling kenal, kalau kamu jengkel sama sikap aku. Aku juga nggak tau, semuanya ngalir begitu aja. Sorry Nau." Gadis itu menatap Naura sesaat, lantas kembali membuang pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Barra [TERBIT]
Fiksi Remaja[TERSEDIA DI SHOPEE] 17+ CERITA INI MURNI KARYA SAYA SENDIRI❗ PLAGIAT HARAP MENJAUH❗ "jadi selama ini kalian bohong sama Naura?" "Kenapa, Om? Kenapa Om Barra tega? Naura masih sekolah!" "Saya melakukan semua ini juga ada alasannya, Naura! Saya harus...