16. Bismillah

39.2K 3.9K 142
                                    

-Vote dulu sebelum baca!
.

.

.

Malam hari berlalu, hari ini Naura akan pergi ke sekolah untuk pemotretan. Naura bangun dari tidurnya kemudian menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Seperti biasa, ia akan membantu orang dapur memasak setidaknya mengupas bawang. ia turun setelah mencuci muka serta menggosok gigi.

Seorang wanita tengah bergulat dengan peralatan dapur mereka, memisahkan antara daun dan batang sayur kangkung lalu mencuci daging ayam. Naura menghampiri wanita tersebut.

"Mbak Mayang masak apa?" Tanyanya.

"Kamu mau bantu? Bantuin jaga Fiya aja Ur, udah bangun dia kayaknya." Bukannya diberi pekerjaan dapur ia malah diberi anak sepagi ini.

Awalnya Naura malas, namun ia juga suka berada di dekat keponakannya yang lucu itu. Naura mengiyakan perkataan Mayang kemudian pergi ke kamar Fiya untuk mengambil malaikat kecil tersebut.

Benar saja setelah ia sampai, Fiya sudah menendang-nendangkan kakinya ke kasur dengan mata yang terbuka lebar. Naura masuk lantas menggendong gadis kecil tersebut kemudian membawanya ke luar. Bagaimana dengan Gian? Tentu saja pria tersebut masih tidur, toh disini mereka free liburan dan gak ada pekerjaan!

Naura menggendong Fiya dengan hati-hati kemudian mengajaknya ke luar rumah, ia duduk di bangku pekarangan samping rumahnya sambil bermain dengan pipi chubby milik keponakannya.

"Kamu lucu banget sih Fiy, bikin aunty pengen gendong terus ih." Naura menciumi kedua pipi gembul itu dengan penuh kasih sayang.

"Gimana? Fiya anget sayang? Kita paparkan badan loyo ini ke matahari ya? Biar sehat hehe." Semua orang tau kalau kita berada di dekat anak kecil pasti tidak bisa diam begitu saja, hanya dengan anak kecil kita tidak disangka gila disaat berbicara maupun senyum-senyum sendiri.

Lumayan lama Naura duduk dengan memangku Fiya, dan kini ia mulai merasa pegal. Naura memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi pekarangan sambil melihat-lihat bunga yang ditanam mamanya. Sekali dua kali, bayi kecil yang digendongnya mengeluarkan gas dalam perutnya. Dengan kata lain bayi tersebut berkali-kali kentut namun Naura tidak jijik, ia memaklumi hal tersebut. Kok ngakak:(

Setelah lelah berjalan, Naura membawa keponakannya kembali memasuki rumah. Ini juga sudah jam setengah tujuh, ia harus pergi ke sekolah setengah jam lagi. Gadis tersebut memberikan Fiya kepada ibunya lantas pergi ke kamar guna bersiap-siap.

Setelah memakai seragam putih abu-abu yang sebentar lagi akan bersejarah, ia memakai sepatu kemudian merapikan kerudungnya. Selesai dengan riasan, gadis tersebut menuruni tangga menuju meja makan. bukan Naura namanya kalau berangkat sekolah melupakan sarapan. Ia adalah tipe orang yang menomor satukan makanan dan menomor seribukan jajan sembarangan kecuali bakso mang Agus.

Naura masih merasa bersalah akan kejadian kemarin, setelah sarapan ia berpamitan kepada Mayang yang tengah memakaikan baju kepada anaknya.

"Mbak, Ura berangkat dulu," salamnya mencium punggung tangan Mayang.

"Iya Ur, hati-hati dijalan."

"Iya, em mbak,"

"Iya Ura?"

"Soal kemarin-"

"Udah kamu sekolah aja dulu, nanti kita bahas lagi."

"Yaudah kalo gitu mbak, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

___

Hal-hal kecil maupun besar yang sempat terjadi kepada Naura disaat sekolah membuatnya tersenyum tipis, ia mengenang semua hal yang pernah terjadi diantara dirinya dan setiap ruangan di sekolah itu. Rasanya masih sulit dipercaya kalau sebentar lagi ia akan benar-benar pergi dari sekolahnya, Naura belum siap berpisah dengan teman-teman yang selama ini ada disaat dirinya sedang membutuhkan.

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang