-Vote dulu sebelum baca!
..
.
Seorang wanita tengah berdiri di pinggir jalan memperhatikan dua orang pria yang kebetulan lewat di depannya. Bibirnya tersenyum manis berniat menyapa namun tak sedikitpun dihiraukan oleh sang pemilik nama.
Wanita tersebut geram, ia merasa dihina karena keberadaanya tidak dianggap. Ia bahkan bersumpah, akan menghancurkan rumah tangga lelaki yang dicintainya, Barra Nugraha.
Di sisi lain, Barra berusaha meyakinkan dirinya bahwa wanita tersebut hanya pengganggu yang mengincar harta benda miliknya. Ia tidak akan lagi terpengaruh dengan seribu satu perbuatan licik yang dilakukan wanita tersebut untuk mendapatkan harta warisan keluarganya.
"Dia nyapa kamu Bar," Ucap Nugraha disela-sela perjalanan mereka.
"Udah pa, biarin aja." Barra tidak ingin berurusan dengan wanita itu lagi. Toh dia juga sudah menikah, lalu kenapa dia harus memperdulikannya.
___
Hari yang gelap, hujan petir bergulat di luar sana. Naura tertidur di atas sofa dengan kemoceng yang masih ada ditangannya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul tiga sore, Barra dan Ayahnya akhirnya sampai rumah setelah pergi entah kemana.
Nugraha tidak memperhatikan keberadaan Naura, beliau bahkan melewatinya. Namun tidak dengan Barra, lelaki tersebut menyadari keberadaan Naura yang tertidur di sofa rumahnya. Barra menghampiri Naura kemudian mengambil kemoceng di tangannya.
"Ur," panggilnya pelan.
"Bangun Ura," ia sedikit menepuk pundak Naura, namun tak kunjung bangun juga.
Barra merasa ada yang aneh dengan tubuh Naura, pasalnya tidak biasanya gadis itu susah dibangunkan. Tangannya terulur untuk memegang dahi Naura, panas.
"Astaghfirullah," pekiknya menyadari suhu tubuh Naura yang lebih tinggi dari biasanya.
"Ur, kamu demam." Barra pun tak segan untuk menggendong tubuh Naura, membawanya menaiki tangga dengan perlahan kemudian menidurkannya di atas tempat tidur miliknya.
"Kenapa bisa demam?" Gumamnya sembari membenarkan bantal juga selimut Naura.
"Uhuk uhuk," Naura bangun. Ia merasa hangat dengan posisinya saat ini, tentu saja.
"Kamu ngapain aja Ur? Sampai demam begini?" Sungguh. Barra sangat khawatir dengan keadaan Naura.
"Ta-tadi Ura pergi ke toko, tap-tapi ujan," jawabnya menggigil.
"Terus kamu gak neduh dulu?"
"U-udah, neduhnya udah lama tapi, ujannya malah makin deres."
"Terus kamu terobos?" Tanya Barra diangguki Naura.
"Astaga Naura, ya udah tunggu sini." Barra beranjak dari duduknya kemudian berjalan keluar kamar, Ia pergi ke dapur untuk memanaskan air. Kompres, itulah yang pertama kali melintas di fikirannya.
Lelaki tersebut menyiapkan Wadah dan juga kain untuk mengompres dahi Naura. Ia juga membuat teh hangat, menggeprek jahe kemudian memasukkan ke dalam minuman yang dibuatnya.
Barra kembali ke kamar Naura, meletakkan nampan di atas nakas kemudian duduk di tepi ranjang.
"Lain kali jangan nerobos hujan,"
Barra mulai memeras kain lalu meletakkannya tepat diatas dahi panas Naura.
"Kalau kamu sakit, saya jadi khawatir."
Laki-laki dengan baju baru yang di belinya tadi siang menatap wajah Naura, gadis yang memejamkan mata paksa. Mungkin karena saking panasnya suhu yang ia rasakan, membuat gadis tersebut meremas kuat selimut yang membalut tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Barra [TERBIT]
Teen Fiction[TERSEDIA DI SHOPEE] 17+ CERITA INI MURNI KARYA SAYA SENDIRI❗ PLAGIAT HARAP MENJAUH❗ "jadi selama ini kalian bohong sama Naura?" "Kenapa, Om? Kenapa Om Barra tega? Naura masih sekolah!" "Saya melakukan semua ini juga ada alasannya, Naura! Saya harus...