44. Perkara rambut

15.3K 1.8K 100
                                    

-Vote dulu sebelum baca!
.

.

.

Sejak saat itu, Naura memutuskan untuk memendam sendiri rasa gunda yang sempat ia rasakan. Setelah bercakap-cakap dengan sahabatnya di ponsel tiga hari yang lalu, sejenak ia berfikir bahwa sudah mustahil bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan. Mengingat bagaimana keadaannya sekarang, Naura hanya bisa mengikhlaskan pendidikannya demi keluarga. Siapa tahu, jauh di masa depan Allah sudah menyiapkan Hadiah yang spesial untuk dirinya.

Selama tiga hari itu pula, Naura tidak se-ceria biasanya. Bahkan ketika Barra selalu setia mencarikan sesuatu yang di idamkannya, ia hanya bersikap biasa saja. Namun Barra tidak ingin berfikir keras akan hal itu, ia hanya mengklaim bahwa semua sikap yang ditunjukkan Naura adalah bawaan dari bayi yang tengah dikandungnya.

Seperti saat ini, Naura hanya mengangguk pasrah ketika Barra menyuruhnya untuk meminum segelas jus wortel yang sengaja ia buat.

"Dihabisin, ya?" Pintanya sebelum menyerahkan gelas berisi jus berwarna oranye tersebut.

Alih-alih menjawab, Naura lebih memilih menganggukkan kepalanya dengan tangan meraih gelas dari Barra, namun masih dengan mata tertuju pada drama di laptopnya.

"Kamu nonton apa?" Tanya Barra penasaran, turut mendudukkan dirinya disamping Naura.

"Series," jawab Naura sesaat setelah meneguk setengah gelas jus wortel tadi.

Barra hanya ber oh ria sembari terus mencoba mengamati series yang sedang mereka tonton. Lain dengan Naura yang kini hendak beranjak dari posisinya.

"Mau kemana?" Tanya Barra refleks.

"Mau ambil camilan di kulkas," jawabnya bersiap bangun namun Barra kembali menghentikannya.

"Kamu disini aja, biar aku yang ambil." Lelaki tersebut kemudian keluar dari kamar dengan senang hati, ia hanya tidak mau kalau Naura kelelahan berjalan menuruni tangga. Yah, meskipun ia sendiri juga tahu kalau hal seperti itu bisa membuat Naura sehat alih-alih ber olahraga.

Lima menit kemudian, Barra kembali memasuki kamar dengan membawa beberapa camilan dan juga minuman sebagai pendampingnya. Ia memposisikan pahanya sebagai tempat meletakkan camilan, dan nakas sebagai tampat minuman.

"Aku salut deh sama Keenan," ucap Naura tiba-tiba.

"Ha?" Beo Barra.

"Itu tuh, yang pemerannya Al Ghazali." Sedangkan Barra hanya mengangguk polos.

"Memangnya kenapa dia? Kok kamu salut?" Tanya Barra akhirnya.

Sejenak Naura menghembuskan nafas kasar, kemudian mulai mengambil satu per satu camilan yang tengah dipangku oleh Barra.

"Dia itu setia banget tau gak? Dia juga tulus banget. Meskipun udah berkali-kali dikecewain sama Naura, dia tetep aja suka sama dia."

"Naura?" Barra kembali bertanya.

"Iya, Naura yang itu," tunjuknya kepada salah satu tokoh.

"Kirain Naura punya aku."

Naura sedikit terkekeh disaat baru menyadari bahwa namanya sama dengan nama tokoh yang ada dalam drama Indonesia itu.

"Kok bisa sama, ya?" Tanya Naura polos.

Sedangkan Barra hanya mengendikkan bahu sembari turut memakan camilan Naura. Begitu pula sebaliknya, kini mereka berdua larut dalam suasana series Indo yang memang sedang trending tersebut.

___

Setelah menonton film bersama Barra, Naura kini sedang berada di restoran tandoori chicken karena ia memang sedang sangat ingin makan makanan itu. Dan ia akan mendapatkannya!

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang