46. ke rumah mama

13.5K 1.8K 175
                                    

Hai semua, apa kabar?

Yuk dipencet tombol bintangnya dulu sebelum baca!

Semakin banyak komentar, semakin cepet update!

***

"Sampai sejauh ini, perkembangannya cukup bagus," ucap seorang dokter kandungan yang tengah sibuk menempelkan sebuah alat diatas perut buncit salah satu pasiennya.

"Bayi kamu sehat, pergerakannya juga sudah mulai aktif, dan-"

"Dari hasil USG nya, bayi kamu laki-laki."

Dokter Naya, adalah dokter kandungan kepercayaan keluarga Nugraha. Dan kini Naura lah yang menjadi pasiennya.

Tepat disaat sang dokter mengungkapkan jenis kelamin bayinya, saat itu juga setetes air mata berhasil terjun bebas di pipi Naura. Ia tidak menyangka, semuanya akan se membahagiakan ini.

Sedangkan sang suami, Barra. Ia menatap lamat-lamat gambar hitam putih yang tertera di layar kecil. Gambar yang menampakkan sesosok nyawa hasil buah cintanya dengan Naura. Barra pun sama, ia hampir meneteskan air mata jika saja tak langsung di seka nya.

Pria tersebut mengulurkan tangan, diletakkannya tangan tersebut ke perut Naura, dan merasakan sensasi baru dimana ia bisa merasakan sesuatu yang bergerak di dalam sana.

Jujur, Barra sangat terharu. Berkali-kali sudah ia nyaris menangis di depan Naura dan sang dokter, namun ia menahannya karena tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri.

"Ibu Naura dan bapak Barra, silahkan ikut saya sebentar." Barra menganggukkan kepala sebelum beralih membantu Naura bangun.

***

Kini Naura dan Barra sedang ada di halaman belakang untuk menanam bibit stroberi yang mereka beli sebelumnya. Semua itu tak luput dari permintaan random dari Naura, Barra pun hanya bisa mengiyakan saja asal sang istri bahagia.

"Kamu duduk aja, biar aku yang ambil potnya." Naura menurut, memperhatikan setiap pergerakan Barra. Jika ia tahu menanam stroberi saja bisa se sosweet ini, maka sudah dari dulu ia akan rajin bercocok tanam.

"Cepetan, mas!" Teriaknya disaat Barra tengah mengisi pot bunga dengan tanah dan pupuk khusus.

"Iya, sebentar."

Dan begitu seterusnya, acara bercocok tanam mereka diselingi dengan pertengkaran-pertengkaran kecil yang membuat Barra sesekali menahan tawa.

Setelah selesai dengan semua pekerjaannya, Barra turut duduk di kursi samping Naura untuk berteduh. Menghela nafas berat dan mengusap keringatnya, kini ia beralih menatap perut istrinya.

"Coba lihat lagi," ucapnya bersiap memegang perut Naura namun segera ditepis.

"Kenapa?" Tanya Barra mengangkat sebelah alisnya.

"Kotor, cuci tangan dulu." Tanpa perlawanan sedikitpun, Barra segera pergi untuk membasuh tangan kotornya.

Naura beranjak dari duduknya, melangkah memasuki rumah dan tempat yang menjadi tujuannya adalah lemari es. Ia mengambil sebuah agar-agar yang terbuat dari labu, pemberian dari tetangga barunya.

Ia senang karena mendapatkan tetangga yang baik hati. Namun sesuatu sempat membuatnya terkejut, yaitu tetangga barunya juga kebetulan sedang mengandung. Sama sepertinya, namun si tetangga barunya ini sudah mbobot tua.

Sembari menikmati agar-agar the best itu, Naura mendudukkan dirinya di sofa sembari menyalakan televisi. Beberapa saat kemudian datanglah Barra dengan membawa laptop dan beberapa berkas. Lelaki tersebut turut duduk di samping Naura, namun fokus kepada laptopnya. Naura menghiraukan hal tersebut, ia melanjutkan acara makan agar-agar dan menonton tv nya.

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang