40. kunjungan perusahaan

20.6K 2.3K 73
                                    

-Vote dulu sebelum baca!
.

.

.

Naura dan Barra, keduanya mulai melangkahkan kaki menghampiri sosok yang sedang duduk manis di sofa rumah mereka.

"Ngapain kesini?" Tanya Barra heran seraya mendudukkan tubuhnya, begitu pula dengan Naura.

"Aku cuma mau ngasih ini," ucapnya ramah kepada Barra. Tangan lentik nan indah tersebut terulur untuk menyerahkan sesuatu kepada Barra.

Sedangkan Naura hanya diam ditempat, ia hanya bisa menyimak pembicaraan kedua orang tersebut. Dengan sesekali menelusuri penampilan sosok yang bertamu ke rumahnya itu, Naura merasa dirinya kurang update jika dibandingkan dengan wanita yang ada di depannya.

"Kamu, Naura?" Ucap orang tersebut memecahkan keheningan. Merasa namanya disebut pun membuat Naura tersenyum canggung.

"Apa kabar? Tea nyariin kamu," ujarnya lagi membuat Naura ingat kepada sosok yang di bicarakan.

"Tea apa kabar, kak?" Tidak boleh sok ngartis, Naura harus tampil apa adanya di depan tamu Barra.

"Baik, cuma kadang-kadang suka aneh."

"Aneh?" Tanya Naura memastikan, namun orang tersebut hanya mengangguk kemudian menghiraukan ucapannya.

Sosok tersebut kembali memfokuskan dirinya kepada Barra yang sedang membaca isi dari kertas tersebut. "Bisa, kan?" Tanyanya disaat Barra sudah selesai membaca.

"Bisa," tukasnya singkat beralih menatap Naura yang tengah kebingungan.

"Kenapa?"

"Kamu baca sendiri," titah Barra menyerahkan kertas tersebut kepada Naura.

"Kunjungan perusahaan?" Monolognya membaca judul utama surat dari atasan Barra.

"Aku boleh ikut?" Tanya Barra ragu, ia tidak akan pergi jika Naura melarangnya. Sungguh, ia akan mematuhi apapun keputusan Naura.

Sejenak Naura melirik kearah Barra dan juga sosok tersebut secara bergantian. Dengan sedikit berat hati, Naura menganggukkan kepala pertanda bahwa ia setuju jika Barra pergi mengikuti kunjungan di perusahaannya.

Sosok tersebut mengembangkan senyumnya, ia tidak menyangka bahwa Naura akan menyetujui permintaan atasannya.

"Disini tertulis boleh ngajak satu orang, kan?" Gumam Barra kemudian mengangkat kepalanya menatap sosok tersebut.

"B-boleh. Memangnya, kamu mau ajak siapa?" Gugupnya melirik ke arah Naura.

"Dia ikut saya," serunya memegang tangan Naura.

"Dia enggak sekolah?"

"Aku udah lulus kok, kak!" Naura turut membuka suaranya. Memang benar kan? Ia sudah lulus.

"O-oh, oke." Wanita tersebut tersenyum paksa pada sepasang insan itu.

"Udah selesai, kan? Sekarang kamu boleh pulang." Good boy!

"Iya, permisi." Pamitnya mulai melangkahkan kaki menuju pintu yang disusul oleh Naura. Dari dulu ayah dan ibunya sudah mengajarkan bahwa jika ada tamu yang ingin pulang, maka sebagai tuan rumah yang baik ia harus mengantarkan sampai depan pintu.

"Saya pulang dulu, ya? Ur?" Ucapnya tersenyum simpul kearah Naura.

"Iya, kak! Hati-hati dijalan." Naura memberikan senyuman ramah Hinga sosok tersebut benar-benar pergi dari rumahnya. Ia pun segera menutup pintu rumah lantas kembali menghampiri Barra.

"Kamu kenapa ngajakin aku?" Tanya Naura tiba-tiba.

Sedangkan Barra malah menaikkan sebelah alisnya heran, apakah Naura tidak mau ia ajak berlibur? Ya, meskipun hanya liburan perusahaan.

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang