-Vote dulu sebelum baca!
..
.
Ting
Tong
Ting
Terdengar suara bel pintu membuat Naura terbangun dari tidurnya. Ia meraih ponsel, mengecek jam kemudian mendudukkan tubuhnya.
Sudah jam sepuluh siang, itu artinya sudah cukup lama ia ketiduran. Naura bangun perlahan kemudian berjalan menuju pintu lantas membukanya.
"Hai!" Sapa seseorang.
"Oh, hai! Kamu ngapain kesini?" Tanya Naura kepada sosok tersebut.
"Mau ngajak main, bisa?" Pintanya.
"Sekarang?" Tanya diangguki sosok yang tak lain adalah Tea.
"Iya."
Naura terdiam, bagaimana bisa ia pergi main disaat kondisi rumah tangganya sedang begini? Ia juga masih baru bangun, belum mandi ataupun mencuci wajah.
"Mungkin lain kali, maaf." Naura merasa tidak enak dengan Tea yang sudah menyempatkan dirinya untuk datang.
"Yah, kenapa?"
"Belum mandi, hehe."
"What? Jam segini belum mandi?" Tanya Tea diangguki kikuk oleh Naura.
"Ngapain aja kamu? Sampai jam segini belum mandi?" Tanya Tea membuat Naura gelagapan.
"Em, tadi pagi soalnya-"
"Ngapain hayo?"
"Pokoknya ada sesuatu, jadi enggak sempet mandi," elaknya berbohong. Tentu saja, tidak mungkin jika dia mengatakan bahwa tadi pagi ia dan Barra sedang berbisnis.
"Jadi gimana?"
"Lain kali aja, ya?"
Tea berdecak kesal, "ya udah. Lain kali aja," cecarnya nampak sangat kecewa kepada Naura.
"Sekali lagi maafin aku, ya?" Ucapnya diangguki Tea.
"Iya. Ya udah, aku pulang duluan!" Pamit Tea melenggang pergi begitu saja.
Naura menghela nafas, menutup kembali pintu apartemen kemudian berjalan perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini ia tidak merasakan sakit, mungkin karena sudah bukan yang pertama kalinya.
Tidak membutuhkan waktu lama, cukup lima belas menit saja ia mandi besar untuk yang ke sekian kalinya. Naura membuka kulkas, mengambil beberapa bahan masakan untuk dimasak.
Ia akan memasak seadanya saja, yang penting ia dan Barra bisa sarapan sekligus makan siang dirumah. Hanya ada kentang dan telur, mau tidak mau ia harus membuat perkedel dan martabak. Untung saja masih ada sambal ABC di kulkas, jadi bisa dipakai untuk cocolan martabak telur yang akan ia buat.
___
"Gue nggak apa-apa kalau memang Lo gak sama gue, tapi seenggaknya gue punya anak dari Lo,"
"Seenggaknya bagian dari Lo nemenin hidup gue, pliss Bar! Cuma itu satu-satunya permintaan gue,"
"Gue bener-bener sayang sama Lo."
"Astaghfirullah," sebut Naura dalam hati seraya meremas dadanya setelah mendengar rekaman suara yang dikirimkan oleh nomor tidak dikenal.
Dengan mata yang sudah berkaca-kaca, Naura mendudukkan perlahan dirinya di sofa, berusaha menahan amarah dan juga air mata. Perempuan tersebut terisak kesakitan memegangi dada sebelah kirinya. ingin sekali rasanya Naura marah, tetapi ia benar-benar tidak bisa. Mustahil baginya memarahi Barra disaat ia sudah terlanjur cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Barra [TERBIT]
Подростковая литература[TERSEDIA DI SHOPEE] 17+ CERITA INI MURNI KARYA SAYA SENDIRI❗ PLAGIAT HARAP MENJAUH❗ "jadi selama ini kalian bohong sama Naura?" "Kenapa, Om? Kenapa Om Barra tega? Naura masih sekolah!" "Saya melakukan semua ini juga ada alasannya, Naura! Saya harus...