39. pasar malam

24.2K 2.2K 46
                                    

-maaf kalau ada typo
.

.

.

Sepasang manusia tengah berjalan beriringan memasuki kawasan penuh lampu kerlap-kerlip di sepanjang jalannya. Tak jarang juga para pengunjung disana yang membawa pasangan masing-masing. Barra bersyukur, karena ia juga mempunyai pasangan yang bisa digandeng kemanapun untuk menemaninya.

Sedangkan perempuan dengan rok plisket warna putih dengan Hoodie ungu Pastel yang agak kebesaran tengah celingukan kesana kemari seperti mencari seseorang.

"Kamu cari siapa sih?" Tanya Barra kepada perempuan tersebut. Naura, sebenarnya ia sedang mencari Raini yang juga katanya berada di tempat yang sama.

"Raini."

"Dia kesini juga?" Naura mengangguk lantas kembali menyoroti setiap sudut tempat itu.

"Telfon aja, daripada celingukan nggak jelas."

"Ah iya," tukasnya kemudian mencari kontak Raini untuk dihubungi.

"Gimana?" Tanya Barra penasaran.

Naura mendongak, "dia baru aja pulang."

"Yah! Enggak apa-apa, kita berdua aja. Sekalian pacaran hehe," kekehnya seraya menggandeng tangan Naura. Bukan apa-apa, ia hanya takut jika tubuh kecil Naura terhanyut ditelan keramaian.

Dua pasang kaki tersebut mulai mengambil langkah, menyamakan antara kaki kanan dan kiri di setiap langkahnya. Naura sangat bahagia, ia tidak menyesal menjadi istri maupun ibu muda di usianya. Seperti ini saja sudah sangat menyenangkan, tidak perlu lebih.

"Aku mau naik itu!" Naura menunjukkan jarinya kearah salah satu wahana di sana.

Barra menggeleng, "nanti mual."

"Kalau itu?" Tunjuknya lagi ke sebuah kuda berputar.

"Itu juga muter-muter, nanti kamu pusing terus muntah."

"Terus kita kesini ngapain?" Naura berdecak kesal, tujuannya kesini kan memang ingin menaiki wahana sambil menikmati pemandangan indah dari atas ketinggian.

"Jajan aja, kamu suka makan kan?"

"Kalau gitu beli martabak, disana kayaknya ada yang jual."

Tanpa menunggu persetujuan dari Barra, Naura berjalan cepat begitu saja meninggalkan Barra. Lelaki tersebut pun segera menyusul istrinya karena takut jika wanita itu akan terjatuh atau semacamnya.

"Mas! Martabak telurnya satu, ya? Yang lima puluh ribuan," ucapnya antusias pada seorang penjual yang cukup muda dan tampan.

"Siap! Silahkan duduk dulu," titahnya diangguki Naura.

Dari kejauhan ia bisa melihat Barra yang sedang berlari menghampirinya. Naura tersenyum polos kemudian menyiapkan Kursi disampingnya untuk tempat duduk Barra.

"Main lari aja, gimana kalau jatuh?" Tutur Barra di sela-sela nafasnya yang masih belum terkontrol.

"Maaf, hehe."

"Kamu beli martabak yang berapaan?"

"Lima puluh."

"Hah?"

"Sama mama juga, nanti dibawa pulang." Ujar Naura takut, apakah Barra akan marah?

"Bukan gitu, kamu beli satu?" Tanyanya diangguki Naura polos.

"Dua atuh, nanti kamu kurang! aku gak mau, ya? Bangun tengah malam kalau kamu tiba-tiba pengen sesuatu."

"Ih, kok gitu?"

Om Barra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang