Vote guyss! Komentar yang banyak juga, eheheh!
Yuk bisa yuk! Enggak mau kan kalau cerita ini digantung?
So, jangan pelit-pelit buat ngasih Vote ya? Soalnya setiap Vote dari kalian itu mood booster banget buat aku.
Oke oke diem, selamat membaca🦋
.
.
.
Waktu demi waktu terus berlalu. Minggu ini adalah Minggu ke dua puluh empat usia kandungan Naura. Bagaimana? Sudah adakah bayangan di kepala kalian seberapa besar perut Naura saat ini? Ya, itu dia.
Terkadang Naura sendiri masih tidak menyangka, akan hal yang telah dialaminya. Bagi Naura, semuanya berjalan begitu cepat, hingga dirinya sendiri tidak merasakan bahwa perutnya sudah sebesar itu.
Naura menyandarkan punggungnya di kepala ranjang sambil terus mengelus perutnya. Tak tahu harus melakukan apa hari ini, akhirnya ia memilih untuk berkunjung ke rumah mama dan papa.
Bersama dengan Barra, mereka berangkat lima jam yang lalu. Dan kini waktu sudah menunjukkan pukul 13.12 siang. Merasa perutnya keroncongan, Naura pun dengan sangat malas beranjak dari posisinya. Ia melihat sekeliling rumah dan mendapati Barra dan papanya sedang bercengkerama ria di ruang makan, sedangkan mamanya nampak sibuk membuat sesuatu.
Kedua kaki Naura melangkah menuruni tangga, menghampiri semua orang di ruang makan tak lupa menyapanya. Dengan sigap, Barra pun menarik kursi ke belakang agar Naura tidak perlu repot-repot disaat ingin duduk.
"Kamu butuh sesuatu?" Tanya Barra cekatan disaat melihat Naura celingukan.
Wanita tersebut menggeleng, "enggak."
Melihat interaksi Naura yang begitu lucu di matanya entah kenapa, membuat dirinya berniat untuk menerkam wanita tersebut andai saja sedang tidak ada mama dan papanya.
Dengan mata yang setia memperhatikan mamanya memasak, kedua tangan yang setia menopang dan mengelus perut buncitnya, Naura nampak mengendus-endus setiap empon-empon yang ada di sana.
"Kamu ngapain, sayang?" Tanya Nuraini disaat mendapati Naura tengah mengendus kunyit.
"Baunya seger banget, ma!" Jawab Naura polos.
"Kenapa seger banget, ya? Padahal sebelumnya biasa-biasa aja?" Semuanya tertawa mendengar perkataan Naura.
"Biasa, bawaan orok," ucap Nuraini lembut mengelus sayang perut Naura. Sedangkan Naura yang baru mengerti pun hanya mengangguk-angguk polos membuat Barra semakin gemas.
"Eh?" Pekik Nuraini tiba-tiba membuat semua orang bingung.
"Kenapa, ma?" Tanya Nugraha.
"Ini loh, gulanya habis." Ucap wanita paruh baya itu sambil menunjukkan wadah kosong kepada suaminya.
Dengan siap, Naura menawarkan diri untuk membelinya. Sekalian jalan-jalan, kan?
"Enggak boleh," tolak Barra mentah-mentah.
"Kok?"
"Nanti kalau kenapa-kenapa, gimana?"
Sedangkan Naura mengerucutkan bibirnya tidak suka, membuat kedua orang tua yang turut menyaksikan, terkekeh bersama.
"Biarin aja toh, Bar! Orang dia mau jalan-jalan kok ya?" Ucap Nuraini berpihak kepada Naura.
Dengan semangat, Naura menganggukkan kepalanya kuat sambil meringis menampakkan deretan gigi putihnya. "Bener banget!" Serunya bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Barra [TERBIT]
Novela Juvenil[TERSEDIA DI SHOPEE] 17+ CERITA INI MURNI KARYA SAYA SENDIRI❗ PLAGIAT HARAP MENJAUH❗ "jadi selama ini kalian bohong sama Naura?" "Kenapa, Om? Kenapa Om Barra tega? Naura masih sekolah!" "Saya melakukan semua ini juga ada alasannya, Naura! Saya harus...