57

262 16 0
                                    

"Yoon, kau sedang apa?"
Aku memperhatikan yoongi yang sedang berdiri dipojok ruangan sepi dan senyap.

"A-ah tidak sedang apa apa, kau mau apa kesini yn-ah?"
Bisa kulihat ada jawaban gugup yang dia sembunyikan sekarang.

"Mencarimu. Kau terlihat mencurigakan."
Menoleh kearah kanan dan kiri meneliti setiap sudut badannya guna menemukan bukti atas kecurigaanku.

"Aish, kau cari apa sih?"
Yoongi terus saja mundur berusaha menutupi rahasianya dariku.

"Barusan, kau mengumpat padaku?"
Aku menunjuk diriku dengan telunjuk mendengar jawabannya yang tidak mengenakan.

"Tidak seperti itu, aku minta maaf."
Helaan nafasnya sangat terdengar walaupun dia berusaha menyembunyikannya.

"Ada yang tidak beres, aku harus mencari taunya." Pikiran yang melesat dalam otak kepalaku mencerna apa yang sedang yoongi sembunyikan dariku.

"Park jimin!!"
Aku berteriak memanggil nama temannya kencang beralih bisa mengalihkan sedikit perhatiannya dan membuat badanya bergeser sedikit karna teriakanku.

Greepp..
"Ketemu."
Aku menemukannya, sebungkus rokok dibelakang badannya.

"Ha-aa yn-ah tidak seperti yang kau pikirkan, maafkan aku."
Berusaha mengambil apa yang sudah berada digengamanku, berusaha menyelamatkan bungkus rokoknya.

"Nih, aku berikan padamu."
Aku jelas menyodorkan seluruh bungkus rokok beserta isinya yang masih penuh, sepertinya yoongi memang baru saja membelinya dan mau ingin menghirupnya.

"Apa kau serius? Memberikan ini padaku?"
Yoongi memiringkan palanya bertanya tidak percaya dihadapan wajahku sambil mengambil kembali bungkus rokok dari tangan kananku.

"Iya, ambilah untukmu."
Aku mengangguk membuatnya sedikit senang mengetahui aku boleh mengijinkannya menghisap benda itu setelah sekian lama aku menyuruhnya berhenti.

"Terimakasih min yn."
Senyum merekah bak bunga mawar yang sedang bermekaran tepat persis diwajah min yoongi sekarang.

"Iya, sekarang coba nyalahkan rokok itu dan hisap didepanku. Aku mau lihat"
Aku menyungingkan senyum ramahku dengan menyelipkan anak rambut kebelakang telingaku.

"Baiklah."
Bukan yoongi namanya kalau tidak langsung benar benar menyalahkan korek apinya dan membakar sudut rokok tersebut, dengan sigap baru saja ingin menghirupnya. Aku siap membuka suara.

"Hisapan pertama aku akan mendiamimu."
"Hisapan kedua aku tidak akan pernah peduli padamu lagi."
"Hisapan ketiga aku dan yoona akan pergi dari rumah."
"Hisapan keempat aku akan ikut menghisap rokok itu didepan wajahmu."
"Hisapan kelima. Aku akan meninggalkanmu.

    Dulu, pernah disaat yoongi dan aku belum mempunyai yoona. Aku pernah melihatnya merokok dan waktu itu aku penasaran dengan bagaimana rasanya menghisap asap penyakit seperti itu. Karna baru pertama kali mencobanya ya tentu saja aku tersedak dan langsung batuk. Itu juga dibalkon kamar bersama yoongi, saat itu juga aku langsung lemas dan terjatuh. Yoongi langsung waspada kalau aku mencoba melakukan hal itu lagi. Dia tidak suka, lebih tepatnya khawatir.
Disaat aku hamil min yoona, aku pernah menyuruhnya menghisap rokok itu didepan wajahku dibalkon kamar, tentu saja dia tidak mau dia bilang aku gila! Tapi apa boleh buat. Itu permintaan anaknya yang masih di dalam kandunganku, memang anak yang aneh. Setelah mengataiku gila dan marah marah yoongi tetap saja menuruti kemauanku. Setelah itu yang aku tau yoongi sudah jarang sekali menghirap rokok, malah tadi nya aku pikir dia memang sudah berhenti sepenuhnya. Dan tepat hari ini saat aku mencarinya, aku menemukannya dipojokan ruangan sedang ingin mencoba menghisap rokok lagi. Aku mau lihat apa pentingnya sebuah bungkus rokok itu untuk seorang min yoongi?
Apa dia akan mendengarkanku?
Atau tetap dengan tindakannya?

HI YOONGI ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang