64

226 11 0
                                    

    Matahari sudah mulai menenggelamkan wajah hangatnya, petang sudah mulai terlihat didampingi dengan cuaca yang cukup dingin menampilkan hawanya saat masa-masa liburan kami kala itu. Keluarga kecil yang bisa dibilang cukup bahagia untukku, mempunyai putri yang cantik, bekerja dengan gaji yang lumayan dan punya suami seorang CEO sekaligus pemilik perusahaan. Hingga saat kini tertidurpun Ia masih setia memelukku seakan takut kehilangan istrinya, tidak terasa juga liburan kali ini berjalan sempurna.

"Yoon, bangun ponselmu berdering."
Gumamku menepuk-nepuk pipinya yang sedikit chabby dengan warna kulit yang sangat putih.

"Hmm."
Ujarnya berdecak dengan dehemam menjawab pernyataanku mengeleng kepalanya malas dengan acuh membiarkan ponselnya berbunyi.

"Angkat dulu yoon, siapa tau penting."
Mengelus kedua tangannya yang masih melingkar diperutku. Langsung membuatnya membuka bola matanya tapi tetap dengan kata malas.

"Siapa yang menelfon, sudah larut."
Dengan susah payah usahaku akhirnya pria putih dingin yang hobi rebahan ini bangun dan mendudukan tubuhnya.

"Nugu?"
Tanyaku penasaran mencoba memprediski siapa orang yang senang menelfon yoongi larut begini.

"Park jimin, bocah pendek."
Helaan nafas yoongi terdengar sangat malas dengan decakan yang berhasil keluar dari mulutnya.

"Haha sudah kuduga, angkat dulu. Siapa tau mengenai pekerjaanmu."
Gumamku cengegesan melihat ke arah ponsel yoongi bergantian dengan melihat ekspresi wajahnya yang sangat datar, seperti manusia yang sangat malas hidup.

"Baiklah, sebentar yn."
Yoongi mengusap tombol hijau guna menjawab panggilan, menempelkan ponsel ditelinganya dengan tatapan datarnya.

~ Park jimin menelfon ~
"Wae? Ada apa menelfon?"
Ketus suara yoongi yang menjadi awal perbincangan mereka

"Hyuuuungggg, aku merindukanmu."
Ujar jimin asal ceplos dengan renggekan suaranya yang diubahnya menjadi manja

"Ckk. Bocah pendek, kau benar-benar menelfonku hanya untuk mengatakan hal seperti ini? Sepertinya otakmu sudah tidak waras ya?"
Balasan ceplosan yoongi yang keluar dari mulutnya memanglah kasar sekasar wajah datarnya kali ini, aku hanya melihatnya dari bawah dengan posisiku yang merebahkan kepalaku diantara paha nya dengan yoongi yang duduk dan bersender diranjang kasur.

"Hyung, kasar sekali untung kau mengajiku hyung kalau tidak.."

"Kalau tidak apa? Cepat katakan."

"Ah tidak-tidak, aku menelfonmu karna ada hal penting yang mau kusampaikan."
Jimin merubah suaranya menjadi serius seketika, membuat raut wajah yoongi juga ikutan berubah menjadi lebih serius daripada sebelumnya.

"Mwo? Apa yang ingin kau katakan jimin-ah?"

"Besok kalau ada waktu santai, ada yang ingin aku bicarakan denganmu hyung tapi jangan ajak yn. Hanya kita berdua saja."

"Apa jimin baru saja menyebut namaku?"
Ujarku dengan mengedipkan kedua bola mataku dan menatapnya dari bawah

"Iya, kata jimin kau tidak boleh tau ini urusan pria."

"Ah, yang benar saja anak itu."

"Hyung, kau masih disana?"
Tanya park jimin disebrang telfon menyadari yoongi sedang tidak membalas ucapannya.

"Iya, baiklah aku mengerti."
Gumam kembali yoongi dengan suara nada pelannya kali ini.

"Ah Yoongi hyung, kalau kau pulang jangan lupa bawakan aku oleh-oleh yaa yang banyak."
Pintanya lagi pada yoongi seperti seorang anak laki-laki yang meminta mainan pada ayahnya.

"Aku sudah beli, tapi untuk anakmu."

"Loh, untukku juga dong hyung."
Protes pria dengan mata sipit seolah tidak terima hanya anaknya yang diperhatikan.

"Kalau gitu nanti minta saja pada anakmu. Sudah aku tutup dulu ya menganggu waktu sibukku saja."

"Kau sedang sibuk hyung? Memang sedang sibuk apa larut-larut begini?"

"Tidur."
Ucap yoongi sambil langsung mematikan panggilan telfonnya secara sepihak, menekan tombol merah dan mematikan daya ponselnya.

***********
"Bayiku yang lucu, sangat mengemaskan."
Tegasku mencubit pipi kanannya dan sedikit menariknya, membuatnya menganga melebarkan mulutnya.

"Bayi? Siapa?"
Ucap yoongi seperti pria polos yang tidak mengerti apapun.

"Min yoongi, bayiku."

"Yaa. Jangan berkata seperti itu yn-ah, jangan buat aku melakukan hal yang tidak bisa membuatmu tidak bisa tidur malam ini."
Jelas itu hanya ancaman lucu min yoongi ketika dia sedang malu-malu kucing dengan wajah merah merona dikedua pipinya yang chubby.

"Haha memang kau bayiku sayang. Bayi besar berototku yang tampan."

"Benar-benar anak ini, bukan main."
Ujar yoongi sambil merebahkan tubuhnya dengan posisi berhadapan denganku dan menarik selimut.

**********
     Keesokan harinya, kami sudah kembali ke kegiatan semula bekerja dan pemotretan sebagai model. Berusaha mencari atasan Turtleneck dengan mengingat dimana aku sudah menaruh semua atasanku itu, kalian bisa tebak? Kenapa aku ingin memakai atasan seperti itu pagi ini, karna apa lagi kalau bukan karna pria dingin berkulit putih ini. Ia membuat banyak tanda padaku malam itu, termasuk dileher dan dibagian dalam dada. Seketika juga aku ingat kalau semua atasan Turtleneckku sedang berjejer dan berjemur dibelakang dengan keadaan masih lembab dan belum kering. Mati sudah riwayatku.

     Berusaha mengandalkan beberapa alat makep-up yang kupunya guna menutupi dan memoles bagian kissmark yang berada disebelah kiri leherku. Memang membutuhkan waktu yang lumayan lama tapi menampilkan hasil yang lumayan bagus juga, seperti hampir tidak terlihat. Kupikir sudah aman. Pagi ini menggunakan long outher bewarna hitam bahan rajut berbulu agak tebal dengan dalaman atasan warna senada dengan bahan yang sama, dan rok pendek sepaha warna abu muda dengan motif salur abstrak, rambut panjang tergerai dengan sepatu wedges boots berhak dengan warna hitam.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HI YOONGI ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang