61

256 15 0
                                    

"Sudah lama menunggu?"
Aku menghampiri seokjin yang sedang duduk manis dengan kaos hitamnya yang ditemani dua gelas es coffe latte yang sudah terjejer rapih diatas meja caffe.

"Baru sampai, kau naik apa?" Gumamnya menatap kedua mimik mataku lembut bersamaan dengan bentuk bibirnya yang membentuk sebuah senyuman manis.

"Aku pakai mobil, ngomong-ngomong kenapa ingin bertemu malam-malam?"
Menyeruput minuman esku yang sudah disediakan seokjin, ternyata dia masih sama. Masih mengingat apa yang aku sukai.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin bertemu. Sepertinya susah sekali bertemu denganmu semanjak kau menikah dengan yoongi."

"Tidak juga, kau bisa kapanpun kok mengunjungi rumahku. Aku malah tidak menyangka kau mengajakku bertemu dicaffe ini."
Senyumku mengembang saat beberapa detik bertatapan mata dengannya.

"Aku.."

"Ada apa?"

"Aku merindukanmu. Sangat."
Gumamnya menundukkan wajah tampan cerianya dengan helaan nafas yang terasa begitu berat.

"Kau bercanda? Kenapa bicara seperti itu, kita ini masih teman. Aku juga merindukanmu seokjin-ah."

"Tapi.. aku merasa sikapmu sudah berbeda dengan dirimu yang dulu. Entahlah."
Dengan rasa keputusasaan seokjin, dia berani meraih dan mengengam tanganku diatas meja

"Tidak ada yang berbeda seokjin-ah, hanya saja mungkin situasinya yang sudah berubah. Dulu saat itu aku pernah sangat menyukaimu."
Tidak bisa dipungkiri aku memang benar-benar sangat merindukannya juga, bagaimanapun dia adalah sosok pria yang telah lama melindungiku.

"Aku tau semuanya, perasaanmu."

"Mwo? K-kau tau?"
Aku menganga membulatkan kedua bola mataku menatapnya tak percaya, benarkah? Seokjin tau selama ini?

"Iyaa, saat itu aku tidak sengaja membaca buku diarymu. Tapi saat itu bodohnya aku malah memilih irene daripada mencoba menjalin hubungan denganmu."
Seokjin mengacak-acak rambutnya kebelakang dengan tangan kanannya, terlihat sekali. Dia sangat frustasi.

"Menjalin hubungan? Denganku?"
Sekali lagi aku menunjuk diriku dengan telunjuk, mendengar sebuah pengakuan dari mulut manisnya.

"Iya, saat aku pergi ke Amerika aku menjalin bisnis disana. Aku tidak bisa behenti memikirkanmu, dan saat aku kembali kau sudah menikah dengannya. Dan saat itu jugaa.."

"Kenapa?"

"Saat itu juga, aku menyadari perasaanku. Aku mencintaimu yn."
Genggaman tangannya erat terasa sabgat terlihat ada rasa penyesalan yang terpendam dihatinya.

"Kau mencintaiku? Sejak kapan?"

"Entahlah, aku baru menyadarinya saat itu. Tapi mungkin sudah sejak lama."
Senyuman manis kembali disugguhkan untukku malam itu.

"Bagaimana sekarang?"

"Tetap sama, aku masih mencintaimu. Tapi aku sadar dengan posisiku."

"Sampai kapanpun, kita tetap berteman kim seokjin."

"Ternyata seperti ini rasanya, susah sekali memendam rasa seorang diri. Padahal aku pria tampan, sayang sekali."
Tingkat kepedean yang tidak pernah luntur setelah beberapa tahun, makin dewasa makin menjadi.

"Yaa haha kau masih saja seperti itu, lucu sekali."
Kekehanku keluar begitu saja sambil mengelus tangan kekarnya, setidaknya memberinya sebuah ketenangan atas penyesalannya.

"Aku senang melihatmu tertawa, lau terlihat seperti dulu. Tapi bedanya, kau terlihat semakin cantik dan dewasa."
Gombalan demi gombalan tak henti-henti keluar dari mulut sok manisnya.

HI YOONGI ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang