14. Spesial

10.9K 1.8K 759
                                    

Jangan lupa nabung🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa nabung🔥

🥀

Oh betapa ku saat ini
Ku benci untuk mencinta
Mencintaimu
Oh betapa ku saat ini
Aku cinta untuk membenci
Membencimu
Aku tak tahu apa yang terjadi
Antara aku dan kau
Yang ku tahu pasti
Ku benci untuk mencintaimu

🎵Benci Untuk Mencinta - Naif🎵

🥀

Hauri, Siya dan Aqila berdiri di tengah lautan manusia yang sama-sama menonton konser. Ini bukan pertunjukan konser dari penyanyi terkenal. Hanya pertunjukan sederhana dari band-band yang ada di kampus. Beruntungnya, penontonnya tidak kalah banyak dari konser penyanyi terkenal.

"Padahal tadinya gue mau ajak lo nonton konser ini. Eh, ternyata lo duluan yang ngajakin," tutur Aqila ke Hauri.

"Abram yang ngundang gue. Katanya dia mau manggung," jawab Hauri.

"Eehh, cieee, ciee. Jadi ceritanya lo penonton spesial nih?" Siya menyenggol Hauri, menggodanya.

"Menurut lo spesialnya orang yang satu dengan orang yang lain sama atau nggak? Misalnya, kalau dia menganggap spesial. Tapi guenya nggak. Masih bisa dianggap spesial?" tanya Hauri. Sedikit kesal karena Aqila ataupun Siya selalu menganggap spesial tentang hal-hal yang dilakukan Abram kepadanya.

"Karena gue tau Abram gimana, terus liat cara dia memperlakukan lo. Ya, menurut gue spesial." Aqila mengangkat bahu tidak acuh.

"Karena lo liatnya dari posisi berpihak ke Abram. Coba lo berpihak ke gue. Lo tau gue sayangnya sama Alskara. Lo tau hal-hal romantis yang gue lakuin buat Alskara. Lo bisa bedain gimana sikap gue ke Alskara dan Abram."

"Spesialnya menurut orang berbeda-beda. Nggak bisa lo paksa orang lain punya penilaian sama kayak lo. Lagian, dianggap spesial sama seseorang nggak ngerugiin kali," Aqila agak sensi oleh sikap dingin Hauri terhadap Abram.

"Ya, nggak. Cuma rada kesal aja. Kadang." Hauri menghela napas berat, ia menatap jutek ke arah panggung.

Suasana hatinya mendadak jelek
"Lo kesal karena ngarepin dia yang lakuin hal manis ke lo, bukan orang lain," sindir Aqila.

"Iya!" jawab Hauri lantang. Membuat Aqila dan Siya tertawa.

"Hau, Abram tuh, udah giliran dia." Siya menyenggol Hauri supaya Hauri fokus melihat ke arah panggung.

Hauri memusatkan perhatiannya ke depan. Terlihat Abram dan teman-temannya sedang bersiap-siap. Ia memang tidak memiliki perasaan pada Abram. Namun setidaknya ia tahu cara menghargai orang lain.

"Tes... tes... tes.." Abram mengecek mic. "Halo, gue Abram. Salam kenal buat kalian semua."

Serempak semua penonton menjawab sapaan dari Abram dengan heboh.
"Hari ini gue mau nyanyiin lagu buat someone spesial." Abram tersenyum ketika sempat mencari akhirnya bisa menemukan sosok Hauri diantara penonton lainnya.

Mendengar penuturan Abram, penonton semakin heboh dan histeris.
Puas melihat kehadiran Hauri, Abram menarik napas mulai bernyanyi,

Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu
Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa
Geloranya hati ini tak kusangka
Rasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu
Terimalah lagu ini
Dari orang biasa

Tapi cintaku padamu luar biasa
Hauri pun sadar jika Abram menyanyikan lagu berjudul cinta luar biasa dengan terus menatap ke arahnya. Bahkan memamerkan senyuman manis pada Hauri. Namun itu sama sekali tidak membuat Hauri senang atau berbunga-bunga. Ia justru merasa bersalah. Bersalah karena perasaannya dan perasaan Abram ada di jalan yang bersebrangan.

Selepas berakhirnya konser, semua penonton berangsur-angsur pergi. Hauri, Siya dan Aqila berada di depan kampus. Sedang berbincang sebentar. Menunggu Abram yang katanya ingin berbicara dengan Hauri.

"Hau, Abram tuh," Aqila memberi tahu Hauri yang sedang tertawa bersama Siya.

Hauri berhenti tertawa, memusatkan sorot matanya ke arah Abram yang berlari kecil ke arahnya dengan membawa buket bunga.

"Hau, maaf nunggu lama." Abram berdiri di depan Hauri dengan napas tak beraturan.

"Nggak papa. Mau ngomong apa?" Hauri tersenyum ramah.

"Nggak mau ngomong sebenarnya. Tapi mau kasih ini buat lo." Abram menyodorkan buket bunga dan totebag transparan berisi banyak cokelat beserta boneka beruang.

Hauri menatap bingung pemberian Abram. Namun tetap ia terima. "Oh... makasih, Bram," katanya ragu.

"Selamat hari valentine, Hau." Abram tersenyum manis.

-the last rute-

Hauri mengendarai mobil dengan gelisah. Ia menoleh ke samping, menatap hadiah valentine dari Abram. Padahal ia sudah yakin jika sikapnya selama ini sudah biasa saja pada Abram. Hauri tidak merasa memberi harapan pada laki-laki itu. Namun kenapa Abram punya keberanian untuk mendekatinya?
Bukannya Hauri tidak senang. Hanya saja ia tidak ingin mematahkan hati seseorang yang mencintainya dengan tulus. Ia tidak ingin membuat Abram kecewa.

Di tengah lamunan memikirkan perasaan Abram kepadanya, kendaraan sepeda motor tiba-tiba muncul ketika mobil Hauri hendak berbelok. Hauri memencet klakson begitu nyaring supaya sepeda motor itu menghindar karena Hauri sendiri tidak bisa banting stir ke arah sebaliknya.

Yang kemudian tabrakan pun tidak dapat dihindari.

🌹🌹

Bagimu suatu momen tertentu tidak spesial. Namun bagi orang lain, mungkin saja momen itu adalah yang paling indah di hidupnya, momen spesial yang tidak terlupakan

-Siya Apriliani-

🌹THE LAST RUTE🌹

Gimana chapter ini?

Kalian shipper siapa?

Mau ngomong apa sama Hauri?

Mau ngomong apa sama Alskara?

Mau ngomong apa sama Liam?

Jangan lupa vote

Kalian jangan lupa share cerita ini jika menurut kalian cerita ini layak diketahui banyak orang.

Yuk jadiin SG setiap updetan biar aku repost hihihi

Spam komen sebanyaknya buat next chap cepat bisa ga? Bisa lah yuk semangat

Jangan lupa follow IG :

@palupiii07

@alskarabanyu

@imhaurii

@liam.aarav

@sury.lrn

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang