74. Pelukan Yang Hambar

3.7K 571 122
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih bisa dipesan lewat shopee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih bisa dipesan lewat shopee. Klik link di bio IG palupiii07



🥀

Kau ingin menangis, menangislah
Ungkapkan semua yang kau rasa
Sekuat apapun sedih kan ada
Untuk hati yang patah dan hilang
Dan gelap yang tak temukan terang
Berteduhlah sejenak bila hatimu tak sanggup
Tak apa, engkau kan baik saja
Menikmati sedih, walau pedih, jangan teralih
Sampai kau sadari, sejauh mana kau pelajari
Sedih maknai bahagia

🎵Menikmati Sedih - Naura Ayu🎵

🥀

Hauri duduk dengan tenang, pulpen di tangannya sesekali ia ketuk-ketuk pelan ke meja. Tangan kanan menopang dagu dan tatapan lurus ke layar proyektor. Meskipun kedua matanya terasa berat untuk seutuhnya terbuka lantaran begadang semalam yang disebabkan kerjaan menumpuk, ia tetap berusaha mengikuti berlangsungnya rapat edisi project cerita baru yang diadakan seminggu sekali.

Hari ini ada sekitar lima cerita yang diperkenalkan. Dijelaskan sinopsis singkatnya, kelebihannya, kekurangannya dan kehidupan pribadi penulisnya. Dari lima cerita tersebut, yang menarik perhatian Hauri hanya satu cerita. Namun karena argumen dari Amel selaku pihak yang merekomendasikan terdengar menggiurkan, membuat Hauri berubah pikiran dan berakhir akan memantau satu cerita lain sampai lima atau sepuluh chapter ke depannya.

Setelah itu gantian Toro yang membawakan persentasi tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk satu bulan ke depan. Berakhir dengan dibukanya sesi tanya jawab secara kooperatif dan sedikit candaan untuk membuat suasana menjadi lebih nyaman.

Rapat yang seharusnya berjalan dengan lancar dan memberikan hasil serta rencana ke depannya, harus terhenti setelah ponsel Hauri yang ada di atas meja terus bergetar tanpa henti.

"Sebentar, saya angkat telepon dulu," Hauri memotong perkataan Toro yang hendak menjawab pertanyaan Acel.

Ia berdiri dari duduknya, melangkah keluar dari ruangan rapat. Setelah berdiri di depan pintu ruangan, baru ia angkat telepon dari Gesia.

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang