17. Keputusan Berat

7.9K 1.2K 177
                                    

Jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🔥


🥀

Izinkan aku pergi dulu
Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau masih bisa melihatku
Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu
Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut kuhilang

🎵Pamit - Tulus🎵

🥀

Menjadi pengganti anak pertama bukan sesuatu yang mudah. Selama belasan tahun hidup dikekang dan dituntut sempurna tanpa diajak berdiskusi pilihan menurut dirinya sendiri. Lelah dan tertekan, berkali-kali terbesit keinginan untuk menyerah. Berkali-kali pula dikuatkan karena sebuah fakta jika dirinya adalah anak laki-laki yang ingin membuat bangga kaka perempuannya yang sudah meninggal. Memang pemikiran konyol untuk dijadikan sebuah alasan supaya tidak menyerah. Setidaknya alasan itu yang dipegang teguh sampai sekarang, alasan yang menjadi dorongannya untuk terus berjalan maju tidak perduli semenderita apa.

Na'asnya, usaha keras yang mengorbankan masa kanak-kanak itu sama sekali tidak membuat luluh kedua orang tuanya untuk memperlakukan dirinya dengan baik. Dia justru hidup bertahun-tahun dengan terpatri pemikiran bahwa harus sempurna layaknya robot terlebih dulu bila ingin membanggakan kedua orang tuanya.

Namun bertambahnya usia telah menyadarkannya bahwa dia hanya manusia biasa. Yang terkadang menyerah itu memang perlu. Maka kala itu dia putuskan menyerah menjadi anak yang baik, menyerah menjadi alat obsesi kedua orang tuanya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia mengeluarkan unek-unek yang selama ini terpendam.

"Anak kurang ajar? Selama ini Al menuruti semua kemauan Papa. Melepaskan impian Al, melepaskan keinginan Al. Al melepaskan semuanya demi menuruti obesesi Papa. Sekarang Papa bilang Al kurang ajar? Yang nggak kurang ajar kayak gimana, Pa? Yang nurut dan hanya mengangguk saat diperintah? Al manusia, Pa, bukan binatang sirkus yang patuh dan juga bukan robot. Al punya hati, punya impian dan punya keinginan."

"Selama ini Al udah menahan diri dan patuh sama Papa dan Mama. Tapi Al udah mencapai batas, Pa. Papa boleh ngatur Al. Tapi jangan pernah ngatur Hauri."

"Al nggak akan biarin siapapun merebut kebebasan Hauri. Hauri berhak bahagia sama Liam. Dan Al juga mau bahagia, Pa. Biarin Al bahagia."

"Al mohon. Lepasin Al, Pa. Bebasin Al."

"Coba, Pa. Sekali aja Papa nanya sama Al, apa Al bahagia? Gimana keadaan Al? Al juga manusia, Pa. Bisa capek, bisa hancur. Waktu Al kehilangan Kak Aina. Al benar-benar hancur dan sedih. Al butuh dukungan, butuh hiburan, butuh perhatian, butuh kasih sayang. Apa kalian memberikannya? Nggak. Kalian justru memaksa anak berusia tiga belas tahun untuk menjadi dewasa. Kalian merasa kehilangan, merasa sedih. Dan melampiaskan semuanya ke anak laki-laki kalian yang masih kecil."

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang