37. Dimana Kamu Yang Dulu?

5.9K 899 394
                                    

jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🔥


🥀

If you see the boy I used to be, could you tell him that I'd like to find him
And if you see the shell that's left of me, could you spare him a little kindness
'Cause I've been high and I've been low, I've spent a thousand nights alone, tryna hold on tight
And feelings come but they won't go, please won't someone take me home before I lose my mind

🎵Broken - Anson Seabra🎵

🥀

Perbincangan mengenai film dokumenter terjadi sangat kolot dan penuh perdebatan antara Sury dan Liam dimana Bimo hanya menatap keduanya dengan bingung. Setiap kali Sury mengutarakan pendapatnya, Liam selalu menolak pendapat tersebut. Bahkan mengkritik dengan sangat tidak masuk akal. Sampai akhirnya, keduanya saling mengejek satu sama lain.

"Kenapa sih semua usul saya ditolak?" Sury sudah kalap, direndam oleh kekesalan.

"Karena nggak masuk akal," jawab Liam tenang. Menatap datar Sury dengan tangan menopang dagu.

Sury tersenyum kesal. "Lo waktu SMP pasti cupu, pakai kaca mata dan nggak punya teman. Terbukti dari diri lo yang sangat menyebalkan ini. Nggak punya teman makanya nggak bisa menghargai orang lain!"

"Bisa pakai bahasa yang sopan? Apa hubungannya masa SMP saya sama pembicaraan ini? Omongan kamu cukup menyakitkan, kayak perempuan nggak berpendidikan. Atau emang nggak berpendidikan? Nggak lulus TK?"

Sury berdiri dari duduknya. "Saya nggak bisa sopan sama cowok nyebelin kayak anda." Ditunjuk Liam. "Perkataan saya sebelumnya ada hubungannya. Karena kepribadian anda sangat buruk dan saya lulus TK."

"Saya nyebelinnya cuma sama kamu doang." Liam tersenyum manis.

Kedua tangan Sury mengepal. Seluruh uratnya tertarik menegang. Rasanya kepala Sury sangat panas sampai asap mengepul. "Kalau emang lo benci sama gue, kenapa lo terima kerja sama ini?!" suaranya melengking nyaris berteriak.

"Lo juga sama. Kalau lo nggak suka gue, kenapa lo harus terlibat?" tanya balik Liam.

"Karena si kumis--Pak Dayat yang maksa gue!" Sury hampir saja keceplosan menyebut atasannya dengan nama panggilan yang biasanya hanya diketahui olehnya dan Amanda.

"Si kumis?" Liam tersenyum licik. "Gue juga mau manggil Pak Dayat si kumis. Kalau ditanya alasannya, gue tinggal bilang ngikutin Sury."

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang