🥀
It's 4:00 a.m.
I can't turn my head off
Wishin' these memories would fade
They never do
Turns out people lie
They say, "Just snap your fingers"
As if it was really that easy for me to get over you
I just need time
Snapping one, two
Where are you?
You're still in my heart🎵Snap - Rosa Lin🎵
🥀
Memang tindakannya memasuki kamar tanpa permisi adalah sesuatu yang salah dan tidak sopan, sama sekali tidak menghargai privasi orang lain. Namun sampai kapan pun ia tidak akan pernah tahu apa-apa jika tidak melakukannya. Ini ia lakukan untuk mengenal lebih jauh tentang Askala, tentang adiknya yang sudah tidak sama lagi.
Bukan hanya sekedar mengamati dan mencari tahu sosok seperti apa Askala, ia juga merapihkan kamar adiknya yang berantakan. Menaruh dengan benar letak dimana benda yang berserakan seharusnya, merapihkan kasurnya juga. Bisa saja pekerjaan ini dilakukan oleh pembantu rumah tangganya, tapi untuk sekarang ingin ia lakukan sendiri.
Sebuah kotak di bawah meja belajar menarik perhatiannya. Penasaran, ia melangkah ke meja belajar, berjongkok meraih kotak yang sepertinya berusaha disembunyikan walaupun letaknya ceroboh.
Alskara duduk pada pinggir kasur dengan kotak di pangkuannya. Dibuka kotak itu, yang ternyata berisikan kertas-kertas bergambar yang pernah ia buat dan dikasih ke Askala. Lantas ia tersenyum, tidak menyangka jika Askala masih menyimpan kertas yang berisi beraneka ragam gambar darinya.
"Aku akan simpan semua gambar dari Abang. Semua gambar dari Abang adalah harta karunku!"
Alskara pikir, pernyataan Askala di masa lalu hanya kalimat yang keluar dari bibir anak kecil, yang kelak ketika tumbuh remaja sudah tidak membutuhkan kertas sampah itu lagi. Ternyata penilaiannya salah, sebab perkataan Askala kala itu adalah kalimat yang diucapkan oleh adik yang sangat mengagumi dan selalu mengekori abangnya bahkan sampai saat ini.
Alskara mengambil satu kertas yang warnanya beda dari yang lain, berwarna merah. Kertas itu bukan berisi gambar yang ia berikan pada Askala. Kertas merah yang saat ini ia tatap adalah kertas bertuliskan tentang hal-hal yang menjadi alasan Askala bertahan hidup. Dan hanya ada tig alasan yang tertulis di sana.
The reason i still alive :
1. Janji arkana
2. Cerita the second life prince in isekai
3. Mie gorengHati Alskara berdenyut nyeri membaca kertas merah tersebut. Tanpa sadar bola mata yang membelak perlahan buram, membuat pandangannya terganggu dan tidak fokus. Semenderita itu kah Askala tanpa ia ketahui? Yang untuk hidup saja harus mencari alasannya? Dan yang paling membuat Alskara sakit adalah tidak ia temukan dirinya atau kedua orang tuanya tertulis di daftar alasan Askala tetap hidup. Apa mungkin, dibandingkan alasan hidup, keberadaannya dan kedua orang tuanya adalah alasan Askala ingin mati?
"Dia benar-benar bukan anak kecil lagi. Sakit banget, gue nggak tau apapun tentang adik gue." Alskara meremas kaos bagian dadanya dengan tubuh membungkuk, mencengkeram kertas berwarna merah.
Rasa sakit seorang abang adalah ketika tidak mengetahui tentang adiknya. Ketika menemukan sendiri betapa berjuang adiknya demi bertahan hidup, sebab adiknya tidak pernah mengatakan apapun dan tidak pernah meminta bantuannya. Padahal jika adiknya meminta bantuan, bercerita akan kesulitannya, ia bersumpah akan melakukan apapun untuk membantu dan akan menghukum siapapun yang menyakiti adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)
No Ficción( JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA. SETELAH BACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN KRITIKNYA. MAKASIH) ⚠️Rate 17+⚠️ ⚠️TW kissing scene bertebaran⚠️ Cinta adalah tentang perjalanan, bagaimana setiap insan bertemu lalu berpisah. Sama seperti perjalanan yang...