11. Lagu Untuk Mu, Nona

12.7K 2.2K 1K
                                    

Jangan lupa nabung🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa nabung🔥

🥀

Percayalah padaku aku pun rindu kamu, ku akan pulang
Melepas semua kerinduan yang terpendam

🎵Kangen - Dewa 19🎵

🥀

"Enak banget." Hauri memejamkan mata menikmati suapan terakhir yang ada di dalam mulutnya.

Aqila menoleh ketika mendengar gumaman Hauri. Menatap datar Hauri, satu tangannya menggenggam ponsel dan berhenti dari kegiatannya mengscroll Instagram. Setelah menggelengkan kepala berusaha memaklumi kelakuan Hauri, ia kembali memfokuskan kedua mata ke layar ponsel.

"Ternyata kebahagiaan itu nggak terletak pada seringnya kita menerima sesuatu yang membuat kita bahagia," celoteh Hauri tiba-tiba.

"Hmm?" gumam Aqila tanpa menoleh.

"Sesuatu disebut kebahagiaan karena sangat sulit buat didapat dan nggak bisa dimiliki atau dilakukan setiap hari. Misalnya, kita merasa bahagia ke dufan karena sebelumnya kita belum pernah ke sana atau cuma satu tahun sekali. Makanya rasanya bahagia banget. Tapi kalau kita setiap hari ke dufan pasti bosen dan bakal kehilangan sensasi kebahagiaan itu sendiri."

Aqila mengernyitkan kening. Tiba-tiba bahas soal kebahagiaan? Di sore hari selesai kelas? Soto ternyata bisa membuat otak Hauri bekerja lebih ekstra.

"Kebahagiaan itu nggak terletak pada objeknya. Tapi terletak pada perjuangan kita buat meraih kebahagiaan tersebut." Hauri menatap nikmat daging soto di dalam sendok yang ia angkat dari atas mangkok.

"Itu kenapa lo nggak mau sering makan soto? Karena takut kehilangan sensasi kebahagiaan saat makan soto?" tanya Aqila.

Hauri menjetikan jarinya sambil mengangguk mantap. "Benar banget!"

Aqila sudah membuka mulut untuk mencela Hauri. Namun ia urungkan ketika bola matanya menangkap sosok Siya yang berjalan ke arah sini. Ia pun jadi tersenyum. "Siya noh, udah selesai kelas." Aqila mengangkat dagu isyarat menunjuk Siya.

Hauri menoleh ke belakang. Ternyata memang Siya. Sadar diperhatikan. Siya yang semula cuek, sontak balik menatap Hauri dan langsung melambaikan tangan, tersenyum lebar.

"Oke, waktunya interogasi." Aqila menggulung jaket levisnya. Melipat kedua tangan di atas meja dan tersenyum penuh muslihat.

"Jiwa mengkepo lo tuh harus dikondisikan," cibir Hauri, ekspresinya sudah julid.

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang