31. Kamera

6.1K 1K 472
                                    

jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🔥


🥀

I lost more than money, dear, you knocked the swagger out of me
But now we're here in Regent's Park amongst the flowers and I wish it would rain
'Cause in the sun, you look so lovely that I'm falling for you over again
Since I have nothing left to say that will make you change your mind
I'll say goodbye on a beautiful spring day

🎵Regent's Park - Bruno Majors🎵

🥀

Jari-jari lentik Amanda terhenti dari kegiatan menekan tombol-tombol keyboard. Kursi berodanya memutar menghadap teman kerja yang duduk di sampingnya. Menampilkan ekspresi terkejut dengan bibir terbuka, Amanda tidak bisa berkata-kata setelah mendengar cerita Sury mengenai kameranya yang menjadi korban jambret.

"Ry, boleh gue hina bego nggak?" tanya Amanda sedang berusaha tidak menghujat.

"Man, namanya juga musibah. Nggak ada yang tau." Sang korban jambret menanggapinya terlalu santai seraya terus mengetik laporan bulanannya.

"Lagi lo ngapain sih bisa sampai di jambret, Sury Laruna Judistira?" Amanda seperti memekik, tapi ia tekankan suaranya.

"Lagi jalan malem-malem, Man."

"Semua file foto lo tentang Liam ada di situ, kan?"

"Iyap, benar sekali," responnya santai.

Amanda menghela napas berat, seberat bebannya memiliki teman seperti Sury. "Lo kalau dimakan sama si kumis jangan pernah lo teriak manggil nama gue. Gue nggak sudi!"

"Nggak setia kawan banget, Man. Gue kan nggak expect bakal dijambret." Sury langsung memutar kursi menghadap Amanda. Misuh-misuh meminta backingan.

"Itu kan tugas utama lo. Udah dijamin lo nggak bakal selamat, Ry. Semangat." Amanda menepuk pundak Sury seraya menganggukkan kepala.

Sury terdiam, teringat kejadian sial yang menyebabkan ia kehilangan kameranya. Ah, dari pada kehilangan, lebih tepat jika kameranya dirusak. Oleh Liam Aarav Suryana. Sial sekali. Harusnya saat itu Sury meminta ganti atau paling tidak seharusnya Sury menendang wajah tengil Liam. Sury menyesal hanya diam tanpa perlawanan. Mau bagaimana, kan? Kala itu Sury diberatkan oleh rasa bersalah yang membuatnya tak berkutik. Rasa bersalah lantaran telah memata-matai. Tidak, bukan mematai. Melainkan menjalankan tugas sebagai wartawan.

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang