39. Kita Tanpa Aku

5.3K 797 627
                                    

Jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🔥




🥀

I would love just to be stuck to your side
Not with anybody else, anybody else
It's enough just to keep us occupied
Please don't go
I would love just to be stuck to your side
Not with anybody else, anybody else, no
It's enough just to keep us occupied
Please don't go

🎵The Shade - Rex Orange Country🎵

🥀

Aqila sedang memilih pakaian di lemari untuk ia masukan ke koper. Dan selagi mempacking pakaiannya untuk besok pergi ke luar kota demi kepentingan syuting film, di telinganya menempel ponsel yang ditekan bahu hingga kepalanya miring.

"Si Al berarti sekarang udah di luar kota lagi?" tanya Aqila.

Karena rutinitas pekerjaan yang sibuk, mereka bertiga belum ada kesempatan jalan bareng. Alhasil hanya berkomunikasi via telepon saja, seperti yang sekarang dilakukan oleh Aqila dan Hauri. Siya juga sekarang sudah hamil besar, jadi tidak bisa sembarangan keluar malam atau melakukan kegiatan yang terlalu melelahkan.

Ternyata benar, semakin dewasa. Semakin singkat kita bermain. Oleh karenanya, sewaktu kecil harus banyak bermain. Karena masa kecil yang hanya berisikan bermain tidak akan pernah terulang kembali.

"Iya. Oh, ya, Qil. Gue diajak pergi ke ulang tahun Mamanya Liam. Lo juga diundang nggak?"

"Gue diundang. Liam ngechat gue. Cuma gue minta maaf karena nggak bisa dateng. Besok gue harus pergi ke Bali buat syuting film."

"Heee, sibuk amat ya."

Aqila tersenyum mendengar sakas Hauri. "Lo juga sibuk, kan? Mau tour book."

"Iya, bulan depan. Nggak harus ikut sih. Tapi ya masa gue nggak ikut? Sayang banget."

Aqila yang sudah menenteng beberapa pakaian, melangkah mendekati koper yang terbuka lebar di atas kasur. Diletakan pakaiannya di dekat koper. Kemudian ia duduk di samping koper. "Pasti seru banget ya tour book. Nanti Al bakal ikut lo?"

"Nggak tau. Liat jadwalnya dia. Lo tau sendiri dia sesibuk apa," suara Hauri terdengar kesal bahkan sampai mendengus.

Aqila tertawa kecil. "Maklum. Dia lagi mempersiapkan masa depan yang baik buat lo. Biar lo bisa foya-foya dengan tenang."

Hauri ikut tertawa. "Kalau lo gimana, Qil? Sama Liam?"

Aqila yang sedang melipat pakaian menghentikan kegiatannya tersebut. Kepalanya yang miring menjadi tegak. Ponsel yang semula diganjal di bahu ia pegang. "Nggak gimana-gimana. Liam bare minumnya tinggi, ya? I mean, he treat me so well. Can i said he's a gentleman. Dia juga kayak gitu ke lo, Hau?"

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang