61. What If

4.6K 726 622
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih open PO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih open PO. Ayuk buruan CO. Klik link di bio Instagram palupiii07


🥀

Tell her you thought about what happened
Tell her you haven't slept at night
Tell her although you've made a huge mistake
You want to make it right
Tell her you know you aren't perfect
Tell her you've waited way too long
Tell her you're sorry
Tell her you mean it
Tell her you just were wrong

🎵Tell Her - Alec Benjamin🎵

🥀

Sudah hampir tiga hari Sury bolos bekerja dengan alasan sakit. Padahal dirinya baik-baik saja, tidak ada pegal atau pusing yang ia rasakan. Sakit yang menyebabkan Sury bolos bekerja tidak berkaitan dengan tubuhnya, melainkan berkaitan dengan hatinya. Hatinya terasa sangat sakit jika mengingat percakapannya dengan Liam sewaktu di vila.

Kenapa Liam harus mengetahui bekas sayatannya? Padahal Sury ingin menyembunyikan bekas luka itu seumur hidupnya. Dan kenapa saat itu Liam memasang ekspresi seperti itu? Ekspresi terkejut, merasa bersalah, takut dan sedih. Kenapa Liam memandangnya dengan ekspresi seolah dirinya sangat berharga dan Liam takut hal buruk terjadi padanya?

"Kenapa lo natap gue kayak gitu? Kenapa lo natap cewek yang lo benci seolah lo takut gue hancur?" gumam Sury, yang duduk di atas kasur bersandar pada dinding dengan memeluk kedua kaki yang menekuk.

Semenjak pulang dari vila, perasaan Sury bercampur aduk. Di satu sisi ia marah karena Liam mengetahui kerapuhannya, di lain sisi ia merasa sesak ketika Liam mengakui kebenciannya.

"Iya, gue benci sama lo."

Kalimat itu terus terngiang di gendang telinga Sury. Bahkan sekalipun saat ini ia sudah menutup rapat telinganya, kalimat itu masih bersuara dengan lantang. Mendatangkan perasaan bersalah serta kesedihan.

"Siapapun boleh benci sama gue.... tapi tolong.... tolong jangan lo..." tanpa sadar bibirnya bergumam pelan bersamaan dengan air mata yang jatuh.

Ini memang salahnya, salahnya karena meninggalkan Liam dengan cara yang sangat kejam. Ia bahkan sudah membuat Liam menjadi korban bullying selama di SMP. Namun ini juga bukan sepenuhnya salahnya, ia pun hanya korban yang tidak memiliki kekuatan untuk menentang.

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang