22. Halo, again!

8.8K 1.4K 467
                                    

Jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🥂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🥂

🥀

Sehitam langit diangkasa
Yang mendung memurungkan bumi
Takutku ke masa yang lalu
Menorehkan luka dalam hati

Kekasih yakini cintaku
Disinilah cintaku berlabuh
Perjalanan mencari jawaban
Berakhir karam di hatimu

🎵Tentang Dia - Melly Goeslaw🎵

🥀

Sore itu Liam duduk di salah satu kafe daerah Jakarta bersama Gibson, teman akrabnya semasa SMA yang sudah jarang ia temui karena sibuk masing-masing. Kemudian, ketika keduanya terlepas dari kesibukan di waktu yang bersamaan, maka tidak mereka hilangkan kesempatan untuk berkumpul. Meski hanya berdua, kurang Nevan dan Alskara yang sedang berada di luar negri.

Liam mengecap perlahan kopi hitam dari cangkir kecil bewarna putih, pandangannya tidak lepas dari sosok Gibson yang sedang menikmati rokok. Dulu sewaktu SMA Liam memang perokok. Namun entah mengapa sejak kuliah sekaligus mengurus perusahaan, ia jadi tidak lagi tergoda oleh barang yang mengandung nikotin tersebut.

"Kuliah lo gimana, Gib?" tanya Liam.

Sudah sepuluh menit mereka berada di kafe. Di menit pertemuan pertama mereka, mereka sibuk membahas masa lalu, mengenang bagaimana mereka menghabiskan masih putih abu-abu dengan penuh kenakalan khas remaja. Di menit kesepuluh, baru ada kesempatan menanyakan kehidupan di masa kini.

"Sibuk mikirin skripsi gue. Sekalian nyiapin planning masa depan," jawab Gibson, meletakan rokoknya di ujung asbak dan ia meminum es lemon tea pesanannya.

"Masih magang lo?"

"Masih. Nanti kayaknya setelah lulus gue bakal nyari kerjaan di Malang deh."

"Makin jauh aja, Gib. Di Jakarta juga banyak kali kerjaan."

"Nah, ya udah pak CEO yang agung, kenapa nggak lo aja kasih gue pekerjaan?" rayu Gibson dengan senyuman licik. Bahkan sampai mengedipkan mata menggoda.

Liam tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang tidak berubah tersebut. "Boleh lah, banyak lowongan di perusahaan gue," ujarnya sangat enteng.

Gibson menyambut respon Liam dengan penuh kegembiraan, sampai bertepuk tangan. "Asik dah! Jadi apaan nih gue di perusahaan lo?" tanyanya antusias.

"Tukang parkir."

"Bangsat! Sialan!" kebahagiaan Gibson berubah menjadi kekesalan. Bahkan hampir saja ia ingin melempar Liam dengan ponselnya. Tapi tidak jadi ketika mengingat ia tidak akan mampu membeli ponsel baru lagi.

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang