70. Tentang Kabar Dari Mereka Yang Terluka

3.9K 565 135
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Masih bisa CO. Klik link di bio instagram palupiii07


🥀

We started it wrong
And I think you know
We waited too long
Now I have to go
I don’t know why, I don’t know why
We need to break so hard
I don’t know why we break so hard
But if we’re strong enough
To let it in
We strong enough
To let it go

🎵Let It All Go - Birdy & Rhodes🎵

🥀

Wajah Aqila pucat, sekujur tubuhnya gemetar dan kedua kakinya terasa lemas yang membuatnya akan segera jatuh. Padahal tadi ia baik-baik saja, padahal dirinya lebih tenang setelah bertemu dengan psikiater. Namun sekarang semua indikasi 'baik-baik saja' telah hilang darinya. Sekedar mengangkat kepala saja rasanya sulit.

Mengapa dari luasnya bumi, Aqila harus bertemu dengan laki-laki ini di sini?

Di dalam hati, ia sudah berteriak lantang supaya lari dari sini, lari sejauh mungkin dari laki-laki di hadapannya. Sialnya, kedua kakinya tidak ingin bekerjasama. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Di mana Liam? Aqila membutuhkan Liam untuk menariknya pergi dari sini sebelum semuanya terlambat, sebelum air mata yang sudah menghalangi pandangan ini luruh membasahi pipi, sebelum pertahanan hatinya luluh dengan sia-sia.

"Gimana kabar kamu, Qila?" suara berat laki-laki itu menginterupsi lamunannya. Suara yang terdengar tegas, tapi juga lembut dan penuh pertimbangan.

Aqila membuka sedikit bibirnya, perlahan menghembuskan napas. Dari banyaknya pertanyaan, laki-laki itu menanyakan kabar yang seharusnya sudah laki-laki itu ketahui. Apa melihat wajah pucat dan tubuh gemetar Aqila saja tidak cukup untuk laki-laki itu menarik kesimpulan tentang kabar dirinya?

Laki-laki itu tertegun oleh diamnya Aqila yang tertunduk memalingkan wajah. Ia menggaruk tekuk leher yang tidak gatal dengan pandangan menurun kecewa. "Maaf aku lancang nanya keadaan kamu. Kamu ada keperluan apa di rumah sakit? Kamu lagi sakit?" tanyanya mengganti topik, berusaha mencairkan suasana yang dingin.

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang