"KAK ANGGAAA! INI DARI KAKAK YAAA??"
Gara yang sedang nonton TV dengan Papa di bawah langsung mendongak saat mendengar suara Anggi berteriak dari atas sana. Cewek itu membawa totebag cokelat berisi sepatu basket di dalam kotak.
Gara mengangguk tanpa menjawab, lalu lanjut nonton TV lagi tidak peduli Anggi melompat kegirangan. Ages yang duduk di sebelah Gara lantas menepuk pundak putranya.
"Kamu beli sendiri atau nyuruh teman?" tanya Ages. Sejak dulu Gara paling tidak mau kalau disuruh menemani atau bahkan membelikan sepatu basket untuk Anggi, biasanya cowok itu hanya akan mengantar sampai tempat parkir.
Gara punya kenangan kurang mengenakan yang berhubungan dengan sepatu basket, tapi karena ini permintaan Anggi, entah kenapa kali ini Gara ingin pergi dan memilih sepatunya sendiri.
"Emang seharusnya kamu nggak boleh lama-lama terjebak dalam masa lalu, Ga. Move on, kamu ikhlasin apa yang udah terjadi di masa lalu."
Gara menoleh pada Ages yang menatapnya sambil tersenyum tulus, tapi sorot mata pria itu tidak pernah bisa bohong. Gara menghela napas, lalu beranjak.
"Mau ke mana, Ga?" tanya Ages.
"Kumpul, Pa. Nanti Gara pulang agak malam," pamit Gara pada Papanya, lalu memakai jaket yang tadi ia sampirkan di sandaran sofa.
"Besok masih sekolah, awas kalau kesiangan," kata Ages memeringati, Gara hanya mengangguk.
Cowok itu keluar dari rumah dan langsung menaiki motornya yang masih terparkir di depan garasi. Entah kenapa hari ini Gara ingin datang ke sirkuit, moodnya mendadak memburuk.
.
.
.
.
.Gara menepikan motornya, seseorang yang baru menyeberangi jalan menarik perhatian cowok itu. Gara melihat Audrey berjalan di trotoar santai sambil memainkan bola basket di tangannya.
"Mau ke mana itu cewek malem-malem begini?" gumamnya.
Karena penasaran, Gara memutuskan untuk mengikuti Audrey dari jarak jauh agar cewek itu tidak merasa sedang diikuti. Saat Audrey berbelok masuk ke area taman, Gara bisa menebak kalau cewek itu pasti akan bermain basket di lapangan yang terlihat sepi malam ini.
Tanpa sadar perhatian Gara terus tertuju pada Audrey, memerhatikan setiap gerik cewek itu. Bagaimana Audrey merenggangkan otot tangannya lalu mulai melakukan tembakan-tembakan ke arah ring.
Kalau dipikir-pikir, tidak ada yang menarik dari penampilan seorang Audrey Berliana, cewek-cewek yang sering mengejar Gara bahkan jauh lebih menarik. Tapi ada hal yang membuat Gara merasa tertarik dan penasaran dengan cewek itu, entah apa, tapi Audrey memang berbeda dari kebanyakan cewek di sekolahnya yang tergila-gila pada para anggota inti Brasthunder.
Perhatian Gara teralih saat mendengar suara derum mesin motor yang mendekat ke arah taman, tanpa menebak-nebak Gara sudah tahu kalau mereka anak Jaguar. Terlihat dari jaket denim yang mereka kenakan. Tiga cowok berjaket denim itu memarkirkan motor mereka di sisi jalan dan nongkrong di sana.
"Sialan, kenapa ada anak Jaguar?"
Atensi Gara kembali pada Audrey yang masih melakukan aktifitasnya, hal yang membuat Gara merutuk adalah Audrey memakai celana olahraga SMA Cakrawala. Kalau sampai anak-anak Jaguar lihat, dia bisa dalam bahaya.
Gara meninggalkan motornya di sisi jalan, lalu berjalan hati-hati mendekati lapangan basket tanpa sepengetahuan cowok-cowok berjaket denim itu.
"Lo ngapain di sini malem-malem?" tanya Gara langsung yang membuat Audrey berjingkat dan langsung menoleh.
"Lo ngapain di sini?!"
"Sttt!" Gara mendesis memberi peringatan, lalu menarik lengan Audrey. "Ikut gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [SELESAI]✔
Teen FictionGara benci ditentang dan dihalangi, tapi ada satu cewek yang tiba-tiba dengan berani menentangnya. Berbagai masalah muncul dan mengharuskan mereka terus terlibat. Apakah rasa benci Gara akan berubah? Sebenarnya siapa cewek itu? Kenapa begitu membenc...