"Oke, makasih."
Brandon menutup panggilan suara dan mendekat pada Langit, menepuk pundak temannya yang sejak tadi terus melamun itu.
"Gue udah telpon Ravi dan bilang sparingnya ditunda habis ulangan aja. Dia minta dibatalin aja, sparing yang kemarin udah cukup katanya. Tapi gue nggak enak, pasti Ravi bilang gitu karena dengar kabar soal Galang. Lo juga berpendapat gitu, kan?"
Langit mengangguk tanpa menjawab, cowok itu kini membuka salah satu aplikasi pesan untuk mengirim pesan pada seseorang.
"Lagi chat sama siapa?" Tiba-tiba Bagas mendekat dan duduk di sampingnya, membuat Langit sempat kaget.
"Teman, Bang," jawabnya. "Bang Bagas kenapa tadi nggak sekolah?" tanya Langit balik. Tidak biasanya ia bertanya basa-basi, tapi melihat senyum palsu di wajah Bagas yang selalu ceria membuat Langit ingin sedikit membuat Kakak kelasnya itu merasa diperhatikan.
"Diomelin bapak," jawab Bagas. "Tuh tanya teman lo yang diam aja padahal gue sampai dipukul sama ikat pinggang."
"Lah, terus gue harus ngapain? Yang ada ikut dipukul kalau belain lo." Brandon mendelik.
Bagas berdecak mendengarnya. "Gue kasih tau lo gabung geng pasti deh nggak boleh makan seharian sama bapak, lihat aja."
"Ya jangan, dong!" Bagas memekik. "Awas aja lo berani ngadu, gue aduin balik karena sering manjat pagar belakang buat bolos."
"Sialan lo jadi adek."
Langit memijat keningnya. Bukan hal biasa melihat dan mendengar kakak beradik ini ribut, tapi Langit tidak terbiasa juga sampai sekarang.
"Bang Gara nggak ke sini?" tanya Brandon. "Dia yang minta kita kumpul habis pulang sekolah, kan?"
Markas sore ini ramai, hampir semua anggota datang atas permintaan Gara. Lapangan belakang penuh dengan motor-motor anggota Brasthunder, mereka berkumpul di gazebo dan sekitarnya, mengobrol satu sama lain seperti sebuah reuni akbar.
Jarang sekali anggota sebanyak ini dikumpulka di satu tempat bersamaan. Biasanya Gara akan meminta perwakilan atau menyampaikan lewat group chat. Kali ini cowok itu pasti ingin menyampaikan sesuatu yang penting.
Anggota yang sedang bergerombol mengobrol di depan markas terinterupsi dengan suara mesin motor, salah satu dari mereka berladi masuk gedung saat tahu yang datang adalah Gara. Ketua Brasthunder angkatan 6.
"Sorry lama, ada urusan bentar," kata Gara, menghampiri gerombolan yang merupakan anggota dari jauh, mereka berasal dari tepian kota. Sebuah kumpulan kecil yang akhirnya menyatakan diri akan berada di bawah nama Brasthunder.
"Santai, kita juga baru datang. Yang lain jadi ada waktu ngobrol juga sambil nunggu lo, jarang-jarang dikumpulin bareng begini," jawab Satria, perwakilan mereka.
Setiap anggota dari sekolah atau wilayah tertentu memiliki perwakilan, semacam ketua untuk kelompok yang biasanya selalu bisa berkumpul di markas mewakili teman-teman di wilayahnya. Orang-orang terpercaya ini juga yang sering merekomdasi atau jadi pintu masuk anggota baru sebelum berhadapan dengan ketua dan anggota inti.
Lagipula, Brasthunder bukan hanya kumpulan anak sekolah kurang kerjaan. Mereka memiliki bermacam agenda yang diadakan tahunan. Setiap wilayah memiliki agenda mereka sendiri, bendera Brasthunder selalu berkibar gagah di setiap acara yang mereka buat. Karena itu, Brasthunder semakin terkenal hingga penjuru ibu kota.
Tapi yang namanya geng tetap geng, ada kala mereka terlibat keributan, membuat onar hingga meresahkan, bahkan tawuran dengan geng sebelah.
Karena anggota Brasthunder bukan hanya berasal dari anak sekolah, melainkan geng motor jalan, juga preman muda di pasar. Tidak semua memiliki sifat para anggota yang sudah diperkenalkan. Dari ratusan anggota dan mantan anggota, pasti ada saja yang melenceng dari prinsip dasar berdirinya kumpulan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [SELESAI]✔
Novela JuvenilGara benci ditentang dan dihalangi, tapi ada satu cewek yang tiba-tiba dengan berani menentangnya. Berbagai masalah muncul dan mengharuskan mereka terus terlibat. Apakah rasa benci Gara akan berubah? Sebenarnya siapa cewek itu? Kenapa begitu membenc...