Langkah kaki Audrey terhenti di dekat tempat parkir motor, kedua matanya menyipit, merasa ada yang aneh dengan cowok-cowok yang masih berkumpul di sana padahal sebentar lagi bel masuk berbunyi.
"Gara?" Itu bukan suara Audrey, melainkan Cecil yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya. "Dia bukannya sakit kemarin? Kok udah sembuh aja."
Perkataan Cecil membuat Audrey memutar kepala, menatap cewek itu dengan kening berkerut.
"Lo tau Gara sakit?"
Cecil mengangguk. "Dari Benua."
Seperti tidak terjadi apa-apa, Cecil terus bergumam heran melihat orang yang katanya kemarin sakit tifus, tapi sekarang bisa masuk sekolah dengan biasa saja. Sampai-sampai Cecil tidak sadar kalau Audrey sedang memerhatikannya dengan kening berkerut dan kedua mata menyipit.
Butuh waktu beberapa saat sampai akhirnya Cecil terkesiap, ia mengingat kalimat apa yang dikatakannya pada Audrey tadi. Dengan gerakkan pelan, Cecil menoleh ke arah Audrey yang ternyata masih menatapnya.
"K-kenapa ngelihatinnya gitu?" tanya Cecil, lalu tertawa garing. "Oh, ya, a-ayo ke kelas!"
Tepat setelah itu, bel menggema sampai ujung sekolah. Audrey sempat melihat ke arah tempat parkir lagi, sialnya kedua mata cokelat Audrey bertabrakan dengan mata milik Gara yang menatapnya datar-datar saja. Tapi dengan cepat, cowok itu langsung memutus kontak dan berbicara dengan Lingga di sebelahnya.
Audrey mengernyit. "Dia kenapa sewot begitu?"
Tidak ingin ambil pusing, Audrey melangkah masuk ke gedung sekolah, menyusul Cecil yang terlihat menjaga jarak, cewek itu salah tingkah.
***
"Nggak ke kantin, Drey?" tanya Mondi, duduk di depan bangku Audrey. Sementara yang ditanya hanya melirik sekilas, lalu sibuk dengan buku catatan milik Ganis di atas mejanya.
"Lo belum belajar buat mapel nanti?"
"Belum," jawab Audrey singkat.
Menurut absen, seharusnya Mondi tidak berada di ruangan ini, melainkan di ruangan sebelah. Jadi cowok itu pasti datang bukan karena tidak sengaja melihat Audrey masih berdiam diri di bangkunya.
"Nanti Math Minat, kan. Lo kenapa belajar Math Wajib?"
"Mondi." Audrey menegakkan kepala, menatap cowok yang langsung terkesiap begitu namanya disebut. Ia menghela napas, lalu menunjuk pintu. "Martabak jagung satu, es marimas jambu satu, permen karet satu," katanya.
Mondi langsung berdiri. "Siap!" Lalu pergi buru-buru untuk membeli makanan yang disebut Audrey tadi.
"Itu sejak kapan Mondi jadi nurut banget sama lo, deh?" tanya Miko penasaran.
Audrey menoleh. "Lo juga ngapain di sini? Ruangan lo kan di sebelah."
Miko meringis. "Campur sama IPA 4 sebelah, nggak seru anak-anaknya."
"Mending lo pergi, gue mau fokus belajar."
"Lo belajar Math Wajib? Bukannya nanti Math Minat, ya?"
"Bacot lo kayak Mondi, mending pergi sana susul dia, lama banget padahal kantin dekat dari ruang ini."
Miko mendelik, lalu terkekeh pelan. "Sabar lah, lo nyuruh tapi buru-buru amat. Nggak tau apa kalau habis ulangan tuh anak-anak pada kelaparan, pasti antre lah!"
"Keluar sekarang, Miko."
Mendapat tatapan seperti itu membuat Miko terkesiap, cowok itu berjalan mundur dan berbalik sebelum lari keluar ruangan.
![](https://img.wattpad.com/cover/271835459-288-k690815.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [SELESAI]✔
Ficção AdolescenteGara benci ditentang dan dihalangi, tapi ada satu cewek yang tiba-tiba dengan berani menentangnya. Berbagai masalah muncul dan mengharuskan mereka terus terlibat. Apakah rasa benci Gara akan berubah? Sebenarnya siapa cewek itu? Kenapa begitu membenc...