"Lecek banget mukanya? Habis putus?"
Gara yang baru sampai di ruang keluarga langsung mendapat sambutan seperti itu dari Anggi, Adik kesayangannya itu sedang nonton drama yang kebetulan ditayangkan di TV.
"Ih, remotnya siniin! Jangan diganti!" protes Anggi karena Gara mengubah saluran TV.
Gara menjauhkan remot di tangannya. "Kamu kan udah nonton drama ini sama Kak Bagas, masa mau nonton lagi? Mau diulang sampai hapal dialognya?"
"Iya! Emang kenapa?" Anggi menjawab nyolot. "Sini ih, Kak Angga! Jangan rese deh!"
Gara mengangkat tinggi-tinggi tangannya agar Anggi tidak bisa meraih remot hitam itu. Tapi sepertinya cara seperti ini tidak berlaku lagi untuk Anggi yang sudah tumbuh tinggi, bukan bocah SD yang hanya bisa merengek ketika diganggu Kakaknya.
Anggi mendorong Gara hingga kaki Gara membentur sofa dan cowok itu jatuh terduduk di atas sofa itu, dengan begitu Anggi bisa merebut remot yang dibawa Kakaknya.
Gara meringis merasakan ngilu di belakang lutut, ia mengernyit kesal namun hanya mendapat juluran lidah.
Anggi duduk dengan tenang setelah mengganti saluran TV, ia makan camilan dan mulai fokus lagi, mengabaikan Gara yang duduk di sofa sambil menggerutu.
"YAHHHH! KAK ANGGA SIH!" Anggi tiba-tiba melempar bantal sofa pada Gara. "Jadi nggak lihat endingnya, kan! Ngeselin banget, sih?!"
Gara melotot. "Kakak dari tadi diem, loh? Salah juga?"
"Siapa suruh ambil remotnya? Ah, nggak seru!"
Anggi beranjak dengan kesal, namun Gara segera mencekal lengan Adik perempuannya itu. Ia ingat niat menemui Anggi bukan untuk ribut tapi untuk menanyakan sesuatu.
"Bentar."
"Apa?" Anggi bertanya galak.
Gara jadi merasa kalau Anggi semakin mirip dengan Audrey, sepertinya Anggi tidak hanya meniru teknik basket cewek itu, tapi sifatnya juga.
"Buruan kek! Aku mau ke kamar," kata Anggi, kesal.
"Duduk dulu, kenapa jadi marah-marah sih?"
Anggi merengut, lalu duduk dengan wajah masih memasang ekspresi tidak bersahabat. Saat itu Gara ingat kalau sekarang akhir bulan, pasti Anggi sedang PMS.
Gara menghela napas, harus lebih sabar lagi karena sekarang Anggi sedang sensi. Bisa babak belur Gara kalau melawan, Anggi lebih menyeramkan dari Gara saat marah di situasi seperti ini.
"Kakak tanya, kamu jawabnya cepat, ya? Jangan tanya balik."
"Iya, apa?" respons Anggi cepat.
Gara duduk lebih dekat, lalu mencondongkan badan untuk berbisik. Ekspresi Anggi berubah, keningnya berkerut dalam.
"Emang iya?" tanya Anggi. "Aku nggak pernah minta gitu ke Kak AB, aku kan cuma bilang mau ke rumah sakit."
Gara menegakkan duduknya. "Nggak bilang kalau Kak Angga yang sakit?" tanya Gara.
Anggi menggeleng.
"Minta jagain Kakak?"
"Enggak, lah, ngapain? Kakak kan punya para babysitter. Itu Kak Bagas, Kak Bobby, Kak Benua, Kak Lingga. Aku juga tau Kak Angga nggak akan betah di sana, ngapain ngerepotin Kak AB segala?"
Gara terdiam mendengar jawaban Anggi, ia ingat betul perkataan Audrey tadi siang di samping gedung olahraga. Audrey jelas bilang kalau semua perlakuannya saat Gara sakit semata hanya karena permintaan Anggi.
Tapi bahkan Anggi menyangkalnya, apa itu hanya alasan Audrey untuk menghindari pertanyaan Gara?
"Aduh! Sakit, Kak!" Anggi memekik keras karena Gara tiba-tiba mencengkeram lengannya. "Kak Angga kalau lagi emosi jangan Anggi juga yang kena!"
![](https://img.wattpad.com/cover/271835459-288-k690815.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [SELESAI]✔
Dla nastolatkówGara benci ditentang dan dihalangi, tapi ada satu cewek yang tiba-tiba dengan berani menentangnya. Berbagai masalah muncul dan mengharuskan mereka terus terlibat. Apakah rasa benci Gara akan berubah? Sebenarnya siapa cewek itu? Kenapa begitu membenc...