27. ANGGARA

1.2K 71 1
                                    

Audrey melangkah cepat menuju ruang BK, ia sudah dengar kalau Gara dipanggil BK pagi ini. Tentu saja karena masalah kemarin.

Di depan ruang BK ada Bagas, Bobby, Benua, dan Lingga yang setia menunggu sahabat mereka itu. Tak jauh dari area ruang BK juga banyak yang menonton namun mereka takut untuk mendekat.

"Oh, jadi ini biang keroknya." Mega muncul entah dari mana. "Lo, kan, yang bikin Gara masuk BK? Dia sama Mondi kemarin berantem karena lo, kan?"

Audrey melirik Mega sekilas, tidak menjawab apapun karena sedang malas berdebat.

"Sebenarnya lo siapa, sih--"

"Audrey Berliana." Audrey melirik lagi. "Sama aja lo kayak Yolanda, teman seangkatan sendiri nggak kenal."

"Sorry, Meg, gue izin ketawa," ujar Mitha yang sebenarnya sudah tertawa, namun langsung diam begitu mendapat pelototan dari Mega dan Mila.

Mega kembali pada Audrey. "Lo jangan-- Woi, gue belum selesai!"

Audrey menulikan telinga, ia langsung berlari mendekat begitu pintu terbuka. Seorang laki-laki bersetelan jas kantor keluar ruangan sambil menggerutu, diikuti Pak Bimo.

"Gara mana?" tanya Audrey pada Benua, tepat ketika orang yang dicari keluar dari ruangan itu.

Mereka berlima mendekat, menanti apa yang akan dikatakan Gara dengan ekspresi santai seperti itu. Kalau dilihat, sepertinya hukuman yang cowok itu dapat tidak terlalu berat.

"Gue diskors seminggu."

...
...
...
...
...

Audrey dan Gara duduk lesehan di atas rumput, dekat pohon mangga tempat biasa Audrey istirahat setelah jam olahraga.

Tidak ada obrolan di antara keduanya. Audrey diam menyaksikan Galang dan teman-temannya bermain futsal di lapangan outdoor, sementara Gara sibuk bertukar pesan dengan seseorang.

"Kalau dipikir-pikir iya juga sih," celetuk Audrey tiba-tiba.

Gara mengalihkan perhatian dari layar ponsel pada Audrey. "Apanya?"

Audrey berpikir sekali lagi sebelum mengubah posisi duduknya jadi bersila dan sedikit serong ke arah Gara.

Gara yang merasa akan ada obrolan serius, melakukan hal yang sama. Cowok itu mematikan koneksi internet pada ponselnya, lalu meletakkan benda canggih itu di sebelahnya.

"Apa yang lo pikirin sejak tadi?" tanya Gara karena Audrey terlihat ragu untuk bertanya.

"Pertanyaan Cecil," jawab Audrey. "Dia tanya kenapa lo belain gue kemarin? Kenapa semarah itu sampai mukulin Mondi kayak orang kesetanan?"

Gara mendesis. "Jawabannya gampang, karena lo cewek."

"Hm?" Audrey memiringkan kepala, tidak puas dengan jawaban Gara.

"Gini ya, lo tau kan gue punya Adik cewek?"

Audrey mengangguk.

"Menurut lo, kalau lo ada di posisi gue dan Adik cewek lo direndahin sama cowok--"

"Gue bunuh."

"Sadis juga ya lo?" Gara terkekeh.

"Ya gue marah lah. Gini ya, sebagai Kakak walaupun suka jailin Adeknya sampai nangis, pasti enggak rela kalau Adeknya dibikin nangis orang lain. Ya, nggak?"

"Tumben bener?"

Audrey mengibaskan surai hitamnya yang kini digerai hingga menutup bahu, bangga.

"Itu yang gue rasain kemarin," ujar Gara. "Papa gue pernah bilang, suatu saat gue bakal ketemu sama seseorang yang akan gue perlakuin sama seperti Anggi--"

ANGGARA [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang