21. ANGGARA

1.3K 78 5
                                    

"Audrey?"

Audrey berbalik dan menemukan Benua, cowok itu memakai setelan baseball lengkap dengan topinya.

"Widihh, Neng Audrey. Gak nyangka ketemu di sini." Bagas datang dan berdiri di sebelah Benua. "Tamu VVIP nih?" goda cowok itu.

"Tadi waktu lo masuk, semua mata seolah tertuju padamu," tambah Bagas dilebih-lebihkan. "Padahal di sini banyakan temannya Anggi, gimana bisa pada kenal lo sampai bisik-bisik begitu?" tanyanya, kepo.

Audrey mengedikan bahu. "Anggi mana?" tanyanya langsung, ia ingin menemui si pemilik acara lebih dulu karena tidak yakin bisa bertahan sampai selesai di pesta ini.

"Belum datang," jawab Benua. "Gara lagi jemput dia. Lo kenal Anggi dari mana?"

"Basket," jawab Audrey seadanya.

Suara musik menggema sampai sudut ruangan, bukan musik disko yang bikin pusing, tapi playlist lagu-lagu yang membuat suasana tidak terkesan suram karena hanya ada suara manusia yang mengobrol.

"Ngomong-ngomong kenapa nggak pakek jersey? Malah pakek jaket sport," tanya Benua.

"Lo kenapa pakek kaos baseball, bukannya pakek jersey basket?" tanya Audrey balik, membuat Benua terkekeh.

"Pengen."

"Sama."

"Apaan nih sama-sama?" Bagas yang tadi nyelonong pergi tiba-tiba kembali dengan dua gelas minuman. "Nih, karena gue baik dan enggak sombong, gue bawain minum nih, Drey. Lo pasti haus kan? Capek, kan? Sama, gue juga capek dengan semua ini," keluh Bagas.

"Nih ambil, entar kalau Pak Bos datang dan lihat tamu VVIP nya gak pegang hidangan apa-apa, bisa dimasukin freezer es krim gue."

Audrey mengambil gelas berisi sirup warna merah itu dari tangan Bagas, lalu mengucapkan terima kasih, membuat Bagas membalasnya dengan anggukan.

"Jadi acaranya dimulai jam berapa?" tanya Audrey pada Benua yang masih menemaninya. Bagas entah sudah meluncur ke mana lagi. Kata Benua, cowok itu memang bertugas di bagian konsumsi bersama dengan Bobby.

"Habis ini," jawab Benua. "Jadi AB itu lo, ya?" tanya cowok itu namun lebih ke memastikan.

Audrey tidak menjawab, ia hanya melirik Benua sekilas lalu kembali menatap lurus pada panggung di ujung ruangan yang sudah dipasang dekorasi ala-ala anak basket.

Sefanatik itu Anggi dengan basket, membuat Audrey teringat dengan dirinya yang dulu.

"Kaki lo udah baikan?" tanya Benua lagi, tidak nyaman dengan keheningan antar keduanya.

Sejak tadi memang Benua yang banyak bertanya, sementara Audrey akan menjawab seadanya bahkan bisa saja tidak dijawab.

"Itu Gara,"

Audrey menoleh ke arah pintu begitu mendengar intrupsi dari Benua. Di sana ia bisa melihat sosok Gara sedang berjalan menuntun Anggi yang kedua matanya ditutup kain warna hitam. Anggi dan Gara memakai setelan jersey basket dengan warna senada, mereka tampak sangat cocok sebagai sibling goals yang menggemari olahraga basket.

Tapi, bukannya Gara tidak suka basket, ya?

Kening Audrey berkerut tipis saat melihat orang lain di belakang Kakak beradik itu, seorang cewek dengan setelah cheerleaders yang memperlihatkan perutnya berjalan memasuki gedung dengan senyuman merekah di bibirnya. Saat itu Audrey sadar kalau warna baju cewek itu dan Gara juga senada.

Benua terus memerhatikan Audrey dari samping, menyadari setiap perubahan ekspresinya. Hal itu membuat sebelah alis Benua terangkat, sudut bibirnya perlahan juga tertarik membentuk seulas senyum penuh arti.

ANGGARA [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang