45. ANGGARA

1.1K 56 2
                                    

Pulang dari Kantor Polisi, bukannya kembali ke sekolah, Gara malah pergi ke markas bersama dengan dua cowok tadi. Markas tidak sepi karena ada beberapa anak yang sengaja membolos.

"Ga, gimana?" tanya Jodi langsung, ia sudah dengar kabar soal Reffo mengakui perbuatannya.

Gara tidak menjawab, cowok itu langsung pergi satu ruangan di dalam gedung itu. Gara menanggalkan jaket dan seragam sekolahnya, ia melangkah ke tengah dan langsung memukul samsak secara brutal.

"Kayaknya nggak baik," ujar Jery. "Gas, lo jangan diam aja, ngomong apa kek."

"Apa kek." Ganang menyaut. "Gitu?"

"Syalan, pergi sana lo!"

Ganang tertawa, cowok itu menyusul anak-anak SMA Garuda yang kini sedang merokok di belakang markas. Tadi ada yang datang membawa sekresek besar gorengan, ada pesta-pesta.

Apa kalian berpikir anak-anak Brasthunder sudah melupakan fakta bahwa beberapa waktu lalu mereka kehilangan salah satu anggota berharga untuk selamanya? Dan sekarang malah pesta-pesta? Tidak! Tentu saja tidak!

Selain menunggu perkembangan investigasi polisi, Brasthunder juga bergerak menyelidiki orang-orang yang diduga terlibat. Salah satunya adalah Jaguar, geng sebelah itu tidak luput dari perhatian mereka.

Anggota yang menyebar luas hingga sekolah di tepian kota membuat mereka bisa mengumpulkan informasi lebih cepat. Tapi tetap saja sampai sekarang belum ada pelaku yang benar-benar mereka yakini adalah dalang di balik semua ini.

Apalagi informasi terbaru dari Mondi, bukannya mempermudah, malah membuat Gara uring-uringan sendiri.

Jaguar adalah terduga paling kuat, sudah banyak kasus penyerangan yang anggota geng itu lakukan pada anggota Brasthunder. Tapi fakta bahwa sekarang ini mereka juga sedang kena terror membuat Gara kembali memikirkan pasal keterlibatan musuh bebuyutan Brasthunder itu.

"Ga, ponsel lo bunyi."

Gara melihat ke arah pintu masuk, Jodi mengambil ponsel di saku jaket Gara dan memberikan pada cowok itu.

"Dari siapa?"

Gara memeriksa riwayat panggilan tidak terjawab, sampai ada lima panggilan yang ia abaikan karena asik menghajar benda mati bergelantungan di depannya ini.

"Nggak tau, lo taruh sana lagi."

Belum sempat Jodi mengambil alih ponsel Gara, benda itu menyala, ada panggilan masuk. Gara menarik tangannya kembali dan langsung mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

Tidak ada jawaban, hanya ada suara mesin motor berisik di seberang sana.

"Halo? Siapa lo? Jangan main-main!"

"Santai, Ga, santai." Jodi jadi parno sendiri melihat Gara sedang sensi seperti ini.

"Sialan!" umpat Gara, lantas menjuhkan ponsel dari telinga. "Jangan telpon lagi!"

"Gue tau mereka." Suara di seberang sana akhirnya terdengar, membuat Gara kembali mendekatkan ponselnya pada telingan dengan mata mengkilat marah.

"Lo siapa?"

"Informan terpercaya," jawab suara berat itu. "Gue taruh semua bukti di luar markas, lo ambil kotak itu, mereka pelakunya."

Gara reflek menoleh ke arah pintu walau tidak bisa melihat ke luar markas karena ruangan ini berada cukup jauh di dalam gedung.

"Lo siapa, anjing! Jangan main-main."

Jodi bergidik melihat Gara semakin marah, orang di seberang sana benar-benar menguji kesabaran Gara yang sekarang ini lebih tipis dari tisu toilet.

ANGGARA [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang