BONUS CHAPTER 3

499 15 5
                                    

Gara menghempaskan diri ke atas sofa yang berada di sisi ruangan markas baru Brasthunder. Tidak lama kemudian Bagas datang dan bergabung di sebelahnya.

Ketara sekali ada kelegaan sekaligus kecemasan di sorot mata Gara, tapi seperti biasanya, tidak ada yang bisa memaksa Gara untuk bercerita sebelum cowok itu sendiri yang ingin melakukannya.

"Gue nggak nyangka lo bakal pilih enam anak buat jadi anggota inti Brasthunder tahun ini, sebelumnya paling banyak ya angkatan kita, lima anak. Gue yakin lo udah pikirin ini mateng-mateng, tapi kayaknya masih ada yang kurang setuju karena Erlan anak baru," ujar Jodi, bergabung dengan Bagas dan Gara.

Bagas mengangguk setuju. "Kayaknya bakal banyak yang nggak setuju karena tiba-tiba Erlan jadi ketua, dia jarang ikut kumpul, gue aja nggak tau kalau dia join Brasthunder."

"Kalau bukan karena dia sepupu Lingga, gue juga nggak bakal kenal sama dia," tambah Bobby.

Gara hanya diam, menatap ke luar jendela di mana enam inti baru Brasthunder sedang berkumpul bersama Benua. Mereka tampak saling berkenalan dan mengobrol, membuat Gara tertarik pada masa-masa pertama dia bergabung dengan Brasthunder.

Tidak mendaftar bahkan tidak ikut seleksi, tiba-tiba Gara berada di puncak tertinggi Brasthunder, sebagai ketua.

Gara tidak akan melupakan momen itu, banyak sekali anggota Brasthunder berguguran, apalagi angkatan kakak kelasnya. Banyak yang tidak setuju saat Gara mengambil paksa posisi Brasthunder dengan mengalahkan Baron, ketua Brastunder angkatan 5.

Tapi tidak sedikit juga yang mendukung Gara, bahkan Brata, ketua Brasthunder sebelum Baron pun mendukungnya untuk merebut Brasthunder dari Baron.

Karena menurut sejarah, kepemimpinan Baron adalah yang terburuk. Kalau saja saat itu ada pilihan lain, Brata tidak akan menyerahkan Brasthunder pada Baron yang egois dan apatis.

"Kalau Erlan nggak bisa dipercaya, gue bakal tanggung jawab sama apapun yang terjadi di Brasthunder nantinya," ucap Gara tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Gue rasa dia bisa dipercaya, gue ngelihat lo di mata dia. Dia mirip banget sama lo pas awal-awal join Brasthunder, nggak pernah kumpul tiba-tiba jadi ketua."

"Gara mah bukan nggak pernah kumpul, tapi emang dia dulu nggak join, bego!"

Bagas meringis karena toyoran Bobby. "Ya santai! Tapi kayaknya bukan cuma itu deh alasan Gara milih Erlan." Perhatian Bagas teralih pada Gara. "Karena gue juga mikirin apa yang dipikir Gara saat ini, dan saat dia milih Erlan."

Gara beranjak, cowok itu menghampiri Lingga yang sekarang duduk di jendela yang terbuka, memerhatikan lapangan yang masih ramai. Seperti biasa, Lingga tidak terlalu suka berkumpul dengan banyak orang.

"Apaan emang?" tanya Bobby sedikit berbisik. "Gue nggak tau Gara deket sama anggota angkatan tujuh yang lain, di pikiran gue cuma Galang sama Langit."

"Itu karena mereka emang yang paling aktif, tapi ada banyak pertimbangan yang harus dipikirin sebelum milih ketua. Deket sama mantan ketua doang nggak akan bisa bikin dia naik ke posisi itu. Sejauh ini, Galang dan Langit emang yang paling sesuai. Tapi seperti yang kita tau, Galang udah nggak ada sama kita, dan Langit nolak posisi itu."

"Semua percaya Galang bakal jadi ketua, makanya setelah dia pergi banyak yang bertanya-tanya, siapa yang akan isi posisi itu setelah Gara mundur," kata Jodi.

"Jadi?"

"Masih tentang Galang, cowok itu yang bawa Erlan masuk ke Brasthunder. Waktu itu Galang bilang kalau Erlan adalah harta karun yang berhasil dia temuin," jelas Bagas.

"Gue baru tau yang itu, kenapa emang?"

"Kita lihat aja nanti."

Tiba-tiba Gara datang dan duduk di antara mereka dengan senyuman miring yang kali ini tampak aneh.

ANGGARA [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang