"Sakit kuping gue, anjir," keluh Audrey karena Bobby berteriak di belakangnya, cowok itu barusaja menghalangi sebuah kayu yang hendak dipukulkan padanya.
"Mending masih gue tolongin," kata Bobby, kesal.
Bagas melirik dua remaja itu sambil menggeleng heran. "Masih aja ribut lo berdua padahal lagi genting begini," ucapnya, lalu terkekeh. "Woi santai elah, lo mukul kayak orang kesurupan aja!"
Bagas lalu memelintir tangan cowok di depannya dan mendorong tanpa rasa kasihan hingga cowok itu menabrak temannya yang mundur oleng karena pukulan Gara, mereka ambruk bersama.
Gara dan Bagas segera berlari mendekati Bobby yang masih melindungi Audrey, mereka bertiga berdiri di sekitar cewek itu.
"Udah belum sih lama amat," keluh Bobby sambil melirik Audrey yang sibuk sendiri.
Audrey berdecak. "Udah nih baru keambil!" jawabnya, kesal.
Begitu ia berbalik, cewek itu kaget melihat para cowok berjaket denim sudah terkapar kesakitan di atas tanah. Tiga inti Brasthunder di dekatnya benar-benar menghabisi mereka.
Gara berbalik, membuat keduanya langsung berhadapan.
"Ini." Audrey menyerahkan banner itu pada Gara tapi tidak langsung diambil.
Dengan kesal Audrey menarik tangan Gara dan menyerahkan paksa benda yang dilipat-lipat itu, lalu mundur satu langkah dengan sedikit oleng. Kalau Gara tidak menahan tubuhnya, mungkin Audrey akan ambruk.
"Mau ke mana?" tanya Gara, tidak melepaskan tangannya dari pinggang Audrey.
"Ambil tas," jawab Audrey, lalu meringis menyentuh punggungnya.
"Biar gue yang ambil." Bagas menawarkan diri, cowok itu berlari menuju tas Audrey yang tadi dilempar untuk menyelamatkan Bobby.
Sementara Audrey masih di tempat, kepalanya berdenyut pusing. Ia bahkan tidak ada tenaga untuk memberontak pada Gara yang masih memeganginya agar tidak ambruk.
"Rumah lo di mana, kita antar pulang," kata Bobby.
"Mau ke sekolah aja, gue nggak mau bolos."
"Terus ketemu teman-teman lo dalam keadaan kayak gini?" tanya Gara. "Jangan gila, nanti Cecil bakal heboh satu sekolah apalagi kalau dia tau lo diculik."
Yang Gara katakan benar, tapi tidak mungkin kan dia bolos. Hari ini ada praktik olahraga, bisa-bisa ia tidak dapat nilai.
"Pulang aja gue anter, bisa jalan nggak?" tanya Gara.
Audrey mengangguk pelan, lalu berjalan tertatih dengan bantuan Gara. Akibat kebanyakan menendang dan tadi kakinya juga kena pukul kayu, rasa nyerinya baru terasa sekarang.
"Bisa naik sendiri?"
"Emang lo mau gendong gue naik motor?" tanya Audrey malas.
"Bisa aja sih kalau lo nggak keberatan."
"Sinting!"
Gara terkekeh, lalu naik motornya. Cowok itu mengulurkan tangan membantu Audrey agar bisa naik ke boncengan motor merahnya yang tinggi.
Adegan itu tidak lepas dari perhatian Bagas dan Bobby, keduanya bertatapan, lalu tersenyum penuh arti.
Sementara Audrey dengan terpaksa menerima uluran tangan Gara karena tenaganya benar-benar terkuras. Ia bisa beladiri tapi kalau melawan anak-anak geng yang sudah terbiasa tawuran rasanya melelahkan juga. Wajah tangan dan kaki Audrey lebam-lebam, sampai berjalan saja kesulitan, apalagi punggungnya yang masih terasa sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [SELESAI]✔
Teen FictionGara benci ditentang dan dihalangi, tapi ada satu cewek yang tiba-tiba dengan berani menentangnya. Berbagai masalah muncul dan mengharuskan mereka terus terlibat. Apakah rasa benci Gara akan berubah? Sebenarnya siapa cewek itu? Kenapa begitu membenc...