Gara menonton dari tribun atas, ia malas mendekat. Sejak tadi juga Gara tidak benar-benar menikmati pertandingannya, ia datang hanya untuk menonton Audrey.
Tapi saat satu pemain dari tim lawan berhasil merebut bola, perhatian Gara teralih. Keningnya berkerut, berusaha mengingat siapa si cewek bernomor punggung lima dari SMAGA itu.
Dia memang terlihat tidak asing, namun Gara benar-benar tidak mengingat dengan jelas. Apalagi ia sudah lama membuang ingatan tentang basket, jadi mungkin ingatan tentang cewek itu juga ikut terbuang.
Pertandingan Quarter 3 selesai ditandai dengan bunyi peluit. Para pemain dari kedua tim menepi dari lapangan, giliran pemain putra masuk untuk pemanasan. Saat itu Gara melihat orang yang tidak asing lagi. Kali ini Gara benar-benar mengingatnya, kalau cowok Gara mudah ingat.
Apalagi yang pernah bermasalah dengannya.
Sabana. Cowok itu sekarang adalah ketua tim putra SMA Garuda. Nomor punggungnya empat, dia terlihat tinggi besar di antara teman-temannya. Gara ingat juga.
Dulu, Sabana adalah si pecundang dari timnya.
...
...
...
...
...Pertandingan tim putri selesai, SMA Garuda menang tipis setelah berhasil mencetak beberapa three poin dan poin hasil free throw di babak terakhir. Emosi Andini tidak bisa dibendung lagi hingga beberapa kali menampat peringatan.
Setelah ini giliran tim putra yang bermain. Anggota tim putri berpindah dari kursi pemain ke tribun penonton, giliran mereka yang menonton.
Audrey naik dengan ogah-ogah ke tribun paling atas karena permintaan Gara yang disampaikan pada Miko. Cowok itu memang senang melihatnya susah payah setelah kelelahan main begini.
"Kenapa nggak lo aja sih yang turun?" tanya Audrey kesal setelah ia duduk di sebelah Gara.
Gara hanya mengedikan bahu, lalu memberikan sebotol air yang segelnya sudah dibuka. Audrey langsung mengambilnya dengan tidak santai, namun tidak langsung meminumnya.
Padahal lo bisa nolak, tapi tetap datang. Gara tersenyum sendiri menyadarinya.
"Apa senyum-senyum?"
"Galak bener." Gara terkekeh. "Enggak, lo keren mainnya tadi."
"Gue tau," sahut Audrey cepat, walau ada perasaan aneh saat Gara mengatakannya tadi. Suara dan tatapan cowok itu tulus, Audrey merasakannya.
"Anggi pasti senang kalau dia ikut nonton," kata Gara.
"Jangan, di pertandingan ini gue kalah."
"Emang kenapa kalau kalah?"
Audrey memutar kepala, menatap Gara, cowok itu menunggu jawabnya. Namun alih-alih menjawab, Audrey hanya berdecak dan kembali menonton pertandingan.
Gara tertawa kecil, tangannya terulur menepuk kepala Audrey pelan, membuat siempunya menoleh cepat sambil melotot.
"Nggak ada yang salah dalam kekalahan, kalah di pertandingan kan udah biasa, wajar. Yang enggak wajar itu, kalah sebelum bertanding."
"Gue tau," sahut Audrey, tidak mengerti kenapa Gara tiba-tiba menceramahinya.
"Masih ada kesempatan lagi untuk berlatih, belajar dari kesalahan. Itu mental juara."
"Banyak omong ih."
"Emang Anggi jawab gitu?" tanya Gara.
"Ha? Kenapa Anggi?"
"Gue mengutip kata-kata tadi dari Anggi, katanya lo yang bilangin ke dia setelah event nasional bulan lalu. Timnya dapat runner up dan lo bilang gitu ke Anggi. Emang respons Anggi gitu? Kak AB banyak omong ih."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [SELESAI]✔
Novela JuvenilGara benci ditentang dan dihalangi, tapi ada satu cewek yang tiba-tiba dengan berani menentangnya. Berbagai masalah muncul dan mengharuskan mereka terus terlibat. Apakah rasa benci Gara akan berubah? Sebenarnya siapa cewek itu? Kenapa begitu membenc...