Audrey berjalan santai melewati halaman depan, tatapannya lurus ke arah gedung sekolah di depannya tanpa menoleh ke sekitar, tidak peduli dengan siswi-siswi yang masih membicarakannya karena kejadian di SMA Maret itu.
Ya, Audrey sudah tahu gossip mana yang dimaksud. Saat ia akan pulang dan seorang cowok yang mengaku bernama Albara menawarkan-- atau lebih ke memaksa memberi tumpangan padanya.
Cih, dasar. Mereka percaya hanya dengan foto paparazi yang diambil dari jarak jauh. Audrey heran, dia bukanlah seorang idol yang harus selalu diupdate kegiatannya, tapi kenapa selalu ada saja yang kebetulan mengetahuinya. Atau memang ada tim jurnalis yang tugasnya mengikuti Audrey?
Ah, gabut banget!
"Audrey Berliana!"
Audrey melirik sekilas pada salah sanu pintu kelas yang ia lewati, lantas berlalu begitu saja tanpa merespons apapun.
"Heh lo!"
Cewek bersurai curly gantung itu menarik kuncir ekor kuda Audrey membuat Audrey reflek mencengkram pergelangan tangan cewek itu lalu memutar badan, secara reflek lengan cewek itu ikut ditarik Audrey dan ikut memutar hingga posisinya kini Audrey mengunci lengan si pelaku -yang tak lain adalah Mega.
Mega mengadu kesakitan karena Audrey memelintir tangan kirinya dan mengunci di belakang punggung. Sementara Audrey memutar kedua bola matanya, ia tidak sengaja, tapi sepertinya tidak asik kalau dilepas begitu saja.
"Lepasin gue, parasit!"
"Lah, minta dilepasin tuh ngomong baik-baik. Tau cara minta baik-baik, kan?"
Mega melotot, merasa dipermalukan karena sekarang mereka menjadi tontonan anak-anak yang melewati koridor kelas 11.
"Gu-gue? Minta maaf sama lo?! Ogah-- akh!"
"Jangan gerak-gerak dong! Ini kalau lo banyak gerak bisa makin sakit," kata Audrey, padahal dia yang menaikkan lengan Mega sehingga rasa nyerinya bertambah.
Audrey tersenyum tipis, lalu berbisik di sebelah telinga Mega. "Dilihatin doang tapi nggak ditolongin."
Hal itu membuat Mega langsung menegakkan pandangan dan melihat Gara bersama teman-temannya di ujung koridor. Kedua matanya membulat, level malunya sudah berada di puncak. Terlihat tidak berdaya di depan Gara adalah kejatuhan harga diri untuk seorang Megalista Gutawa.
"Aw!" Mega mengaduh saat akhirnya Audrey melepas lengannya, membuat Mitha dan Milla yang sejak tadi diam tercengang di ambang pintu langsung menghampiri teman mereka itu.
"Lo nggak apa-apa, Meg?" tanya Mitha dengan polosnya, mendapat respons pelototan dari Mega yang lantas membuat Mitha nyengir.
"Ada apa ini pagi-pagi kumpul di koridor IPA, ada yang bagi-bagi hadiah?" Bu Patri si guru Mapel PKWU juga guru kedisiplinan, patner Pak Bimo memberantas kebanggelan murid-murid SMA Cakrawala, tiba-tiba datang dari arah belakang Audrey lalu berdiri di antara Audrey dan Mega.
"Audrey? Kamu buat ulah lagi?!"
Audrey menghela napas. "Terserah kata Bu Patri saja, saya mau ke kelas," jawabnya jengah. Bu Patri memang seperti punya dendam tersendiri pada Audrey, entah karena apa. Jadi Audrey malas memperpanjang masalah dengan wanita itu.
"Ini kenapa masih ngumpul? Nggak dengar udah bel? BUBAR SEMUA! BUBAAAAR!"
"HUUUUUUU"
"HEH! JANGAN URAKAN!"
"ANGGARA! Diem di sana kamu!"
Gara yang baru saja akan berbalik menuju kelasnya lantas urung, cowok itu berbalik dengan wajah malas. Selain Audrey, Gara juga adalah salah satu murid yang sering kena dengan Bu Patri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [SELESAI]✔
Teen FictionGara benci ditentang dan dihalangi, tapi ada satu cewek yang tiba-tiba dengan berani menentangnya. Berbagai masalah muncul dan mengharuskan mereka terus terlibat. Apakah rasa benci Gara akan berubah? Sebenarnya siapa cewek itu? Kenapa begitu membenc...